Mungkin sulit.
Mencoba ikhlas.
Dan tetap menunggu.
Mungkin saja di lain waktu, bisa menuai hasil dari itu semua.Untuk sekarang ini
Hanya bisa bersabarKarena buah yang manis tumbuh dengan kesabaran dalam merawatnya.
Naysila Naya
******
Detik digantikan menit dan menit berlalu menjadi jam. Kini kian hari hubungan persahabatan ketiganya mulai membaik seperti dulu, dimana dulu diantaranya ada yang saling menaruh rasa. Dan seiring berjalannya waktu, perhatian gara terhadap Naysila pun tak pernah luput barang sedetik.
Dan disinilah, Naysila sedang duduk di kursinya bersama Maura dan juga Alexa tentunya. Alexa sekelas dengannya karena keinginan nya.
Naysila menyumpalkan handset ke telinganya. Berharap dengan seperti itu, dia tak akan mendengar ocehan Alexa bersama Maura yang sedang membicarakan kedekatan dirinya dengan alvaren. Maura pun menyadari itu, tapi dia tetap menjadi pendengar yang baik. Mereka mulai akrab ketika Naysila memperkenalkan keduanya."Terus ya, kemarin itu alvaren ngajak aku ke tempat biasa kita berdua saat dulu. Dan itu membuat kenangan masa lalu muncul lagi, tapi gue seneng banget, karena alvaren masih inget tentang gue" kata Alexa sumringah.
"O..oh ya, emm Lex gue mau ke perpus dulu ya" kata Maura
"Nay ayo anterin gue" lanjutnya.
Naysila yang sedang mendengar musik pun harus mengeluarkan handset nya.
"Apa" kata Naysila dengan padat singkat dan jelas.
"Anterin gue ke perpus yok" ajak maura.
"Mager" balas Naysila dengan singkat padat dan jelas.
"Ya udah Ra sama gue aja, yuk" kata Alexa lalu menggandeng tangan Maura, namun Maura menolak nya dengan halus.
"Duh Lex, gue mau sama Naysila ya. Soalnya ada perlu dikit sama dia" kata Naysila takut takut jika Alexa akan kesal.
"Oh gitu.. ya udah gak papa" kata Alexa diiringi tawa. Lalu Maura pun menarik tangan Naysila menjauh dari Alexa.
Alexa memandang mereka dengan sedikit tak suka.
Naysila dibawa Maura menuju perpustakaan dan setelahnya mereka duduk di kursi yang sudah di sediakan di sana.
"Ada apa Ra" kata Naysila malas.
"Gini loh. Kok Alexa kayak suka ya sama alvaren" kata Maura dengan raut herannya membuat Naysila berdecak.
"Lo bawa gue kesini cuman mau ngomong itu, gak jelas banget tau gak" kata Naysila kesal dan hendak pergi namun di cegah Maura.
"Apa lagi sih" ucap naysila dan mendudukkan dirinya kembali.
"Gini gini, bukan hanya itu nay. Lo tau kan gue anak dari dokter psikolog" kata Maura tak bermaksud sombong.
"Ya terus" kata Naysila mula menarik akan topik yang dibahas.
"Terus, gue juga dapat ilmu lah dikit dikit. Dan gue juga bisa lihat raut wajah orang, apa dia lagi bahagia kah, sedih kah, gue tau nay" kata Maura dan Naysila diam menyimak. Memang benar, Maura memiliki ibu yang berprofesi sebagai dokter psikolog.
KAMU SEDANG MEMBACA
friends & love
Teen FictionSudah tak asing lagi jika kita mendengar persahabatan lawan jenis. Tetapi tidaklah heran jika salah satu dari mereka menaruh rasa. Mencintai tanpa di cintai itu memang menyakitkan. Tapi ketahuilah, ada secuil bahagia ketika kita bertemu atau hanya...