48 - Second Round

856 138 1
                                    

Original Story © Keyralaws

Naruto © Masashi Kishimoto

Sasuke x Hinata

48

48

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.....

Hari itu hari Rabu.

Ketika jam kelas Hinata berakhir, hujan langsung turun hebat membasahi seluruh pelataran kampus. Membuat sebagian orang yang belum pulang, akhirnya harus menunggu sampai hujan akhirnya reda, di depan lobi dengan pintu gerbang kampus.

Bagi sebagian orang yang memiliki kekasih, hal itu bukan masalah yang terlalu besar. Mereka bisa menunggu berdua di kafeteria, sembari mengobrol, atau bahkan pulang dengan satu payung yang sama sebelum naik bus, atau pulang dengan mobil mewah yang tidak harus membuat mereka pusing.

Sungguh sial karena Hinata adalah gadis jomblo—tidak memiliki kekasih, dan biasa pulang dengan bus sendirian, jika tidak memiliki jadwal yang sama dengan Ino. Melihat hujan yang tampaknya akan sangat lama untuk reda, sedangkan dia sudah terlalu lelah menunggu, Hinata jadi bimbang. Memikirkan apakah dia harus memilih menerobos hujan saja dan berakhir sakit, toh dia hanya akan sakit flu dan demam biasa. Atau dia harus menunggu sampai hujan reda, dan resikonya dia akan ketinggalan jadwal bus terakhir.

“Aku pasti sedang sial!” Hinata berdecak sebal. Kemudian mengalihkan pandangannya ke penjuru kampus, suasananya sudah mulai sepi karena anak-anak lain kelihatan sudah pulang lebih dulu. Hinata jadi semakin tidak punya pilihan lain.

Dengan sangat terpaksa, Hinata langsung berlari dari gerbang kampus menggunakan tas kecil miliknya ke arah halte bus. Setidaknya halte bus nya cukup luas dan tidak akan membuat Hinata kehujanan selama menunggu. Tetapi kemudian kakinya berhenti saat tidak sengaja menabrak seseorang. Tas yang di pakainya turun, kemudian kepalanya mendongak, menemukan sebuah tangan di atas wajahnya yang berusaha menghadang air untuk turun ke wajahnya.

Dia, Sasuke Uchiha.

“Sasuke?” suara Hinata agak bergetar, percampuran antara dingin dan gugup. “Kenapa kau disini?”

“Seharusnya aku yang bertanya. Kenapa kau berlarian di bawah hujan? Kau bisa sakit.” Sasuke bertanya dengan nada cemas, tapi melupakan satu fakta bahwa mereka bahkan mengobrol di bawah hujan. “Kau kan, tidak suka dingin, Hinata.”

Saat itu Hinata langsung tertawa. Tawa yang sangat renyah bagi Sasuke ketika suaranya bercampur dengan suara hujan yang lumayan berisik. “Apa kita sedang memulai babak kedua soal tantangan itu?”

Tapi Sasuke menggeleng pelan. Kali ini, dia serius untuk khawatir. Di tambah lagi, dia tahu bahwa Hinata tidak terlalu suka dengan cuaca dingin. “Aku khawatir padamu, Hinata.”

Cara Sasuke mengerjapkan matanya membuat wajah Hinata menghangat. Gadis itu bisa melihat setiap air hujan yang menetes di wajah Sasuke, sementara lelaki itu bersikeras menutup wajahnya hanya dengan kedua tangannya. Seumur hidup Hinata, itu pertama kalinya seorang lelaki mau melakukan hal sederhana semacam itu.

“Kau juga tahu kalau aku tidak suka dingin?” tanya Hinata dengan nada serius. “Tentu saja aku tahu dan aku harus tahu. Bahkan jika kau menyukai dingin, aku tetap tidak akan membiarkanmu kehujanan, Hin.”

Hin adalah panggilan yang cukup manis di telinganya. Hinata suka. “Tapi kita sedang kehujanan sekarang, Sas. Kau lupa, ya?”

Saat menyadari itu, Sasuke langsung memekik terkejut. “Ya Tuhan, maafkan aku.” lantas setelahnya, lelaki itu menarik tangan Hinata untuk berlari ke arah halte—tujuan Hinata sebelumnya.

Selama berlari, Hinata hanya bisa tertawa pelan. Memperhatikan wajah panik Sasuke yang sangat lucu. Di matanya, Sasuke memang selalu tampak luar biasa. Tapi kali ini berbeda. Hinata menatap lelaki itu dari samping, lelaki itu berlari sembari menggenggam tangannya erat-erat, dan lelaki itu khawatir karena dia yang kehujanan. Kali ini, Sasuke lebih dari luar biasa.

“Kau kedinginan?” Hinata tidak menjawab. Dia hanya terdiam menatap Sasuke yang tampak lucu. Membiarkan lelaki itu semakin panik. “Sialan, hari ini aku benar-benar hanya memakai kaos. Aku tidak punya sesuatu yang bisa membuatmu hangat. Maaf, aku benar-benar lelaki yang menyebalkan, ya?”

Tetapi bagi Hinata, itu justru sebaliknya. Dia bahkan senang jika lelaki itu mau memikirkannya. “Tidak apa, Sasuke. Memang dingin, sih. Tapi tidak apa. Aku baik-baik saja, okay?”

“Tapi kau bisa flu, Hin.” kata Sasuke kemudian.

“Kau bahkan sudah tahu soal itu?” tentang Hinata yang tidak menyukai cuaca dingin, tidak bisa berada di bawah hujan lama-lama, karena akibat dari semua itu, Hinata bisa langsung kena flu dalam sekejap. Satu-satunya orang yang berkemungkinan mengetahui itu hanyalah Kiba. “Aku terkejut. Sejujurnya.”

“Aku sudah bilang, kan? Aku bahkan bisa bertanya pada semua orang di seluruh dunia yang mengenalmu. Aku juga ingin jadi lelaki yang pantas untukmu.” jawab Sasuke yang kemudian duduk di samping Hinata, setelah lelah mencari sesuatu yang bisa dia pakai untuk melindungi Hinata dari hujan.

“Kenapa?”

Karena sejujurnya, Hinata pun selalu bertanya hal yang sama.

“Kenapa apanya?”

“Kenapa kau berjuang untukku? Bukankah sebelumnya kau sudah memiliki Sakura? Rasanya, aku—” Sasuke buru-buru menyela kalimat Hinata sebelum gadis itu selesai. “Karena berjuang adalah untuk orang-orang yang jatuh cinta, Hinata. Itu yang aku tahu.”

“Aku senang bersama Sakura. Aku juga tidak bohong, kalau itu yang kau mau tahu.” kemudian Sasuke menyingkirkan helaian rambut Hinata yang basah menutupi sebagian mata gadis itu. “Tapi aku tidak pernah berjuang untuk gadis manapun. Bahkan untuk Sakura dan Ino.”

Sembari menyelesaikan kalimatnya, Sasuke mengusap kepala Hinata dengan pelan. Sangat pelan. “Kau tahu apa artinya, kan?”

Apa Hinata boleh mengartikannya dengan, Sasuke sudah benar-benar jatuh cinta padanya? Sama seperti dia yang lebih dulu jatuh cinta pada lelaki itu.


.....

11 Agustus 2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

11 Agustus 2020.

© Keyralaws

Sticky NotesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang