BONCHAP 3

142 7 0
                                    

HONG JOOCHAN

*
*
*
*
*

Joochan memandang keluar dinding kaca sambil menyesap secangkir kopi hitam. Setelah menimbang dan merenung selama beberapa saat ia memperhatikan lalu lalang kota. Suasana hiruk pikuk di luaran sana tak mememgaruhi suasana hatinya tapi itu bahkan lebih baik daripada menatap ke kursi kosong di depannya.

“ Kak, ini data keuangan selama seminggu. ”

Suara wanita yang halus dan lembut memecah fokusnya. Ia menoleh menatap Aeji, manager cafe yang ia jalankan ini. Setelah mengangguk Joochan memgambil berkas di atas meja lalu memeriksanya dengan cermat. Selama beberapa saat keadaan di antara mereka ramai oleh percakapan yang malang melintang di sekitar tapi bukan Joochan namanya kalau peduli dengan hal itu.

Joochan meletakkan kembali berkas di atas meja. “ Cukup baik. ”

Aeji mengangguk, tersenyum puas. “ Kakak mau ke rumah duka? Kalo iya aku mau ikut. ” ucapnya kemudian.

Joochan memicingkan matanya pada adik sepupunya ini.

“ Mending gausa, lo mau nikah juga malah keluyuran. ”

“ Tapi kan—— ”

Joochan segera memotong, “ Nurut atau gue bilangin Bomin kalo lo nakal? ”

“ Ck. Iya-iya abis ini aku balik, ” decaknya kesal dengan aura permusuhan yang kuat.

Seolah tak tau perubahan raut wajah Aeji ia mengacak rambut hitamnya lalu bangkit. Selagi akan pergi ia meninggalkan pesan, “ Bilangin Bunda kalo gue bakal pulang telat hari ini. ”

“ Hm. ” jawab Aeji ogah-ogahan.

Setelah mendapat jawaban tak ada alasan lain untuk tinggal sehingga ia segera keluar cafe, meninggalkan Aeji yang merutuk dalam hatinya.

Joochan menghembuskan napas pelan begitu sudah berada di dalam mobil. Tangannya meraba dada kirinya yang terasa sakit kembali memberikan rasa yang lebih mengerikan dan tentu saja menyakitkan.

Ia tersenyum dan bergumam dengan nada penuh kasih di dalamnya, “ Happy Birthday, Che. ”

Sedetik kemudian ia melajukan mobilnya berbaur dengan keramaian kota, membawanya ke rumah duka di pusat kota.

Waktu yang terlewati tak terasa karena ada rasa lain di dadanya. Setelah memarkir mobil dan memgambil bunga lily putih di kursi penumpang ia bergegas masuk ke dalam rumah duka, tak sabar untuk bertemu dengan kekasihnya.

Langkah yang ia tunjukkan tergesa tapi teratur dan langsung ke tujuan. Masuk ke salah satu bilik ia berdiri dengan tatapan sarat akan kerinduan yang mendalam ke arah foto yang dipajang tepat di depannya. Di foto itu ada sosok wanita muda menampilkan senyum manisnya.

“ Cheche, aku dateng lagi! ” ujarnya antusias. Ia melanjutkan, “ Kangen nggak sama aku? Pasti iya. Padahal tiap minggu aku kesini, loh. Apa kurang? ”

“ Mmm... Setiap hari aja gimana? ”

“ Tapi aku sibuk kalo tiap hari. Sabar ya kalo aku cuma bisa dateng seminggu sekali dan pas ultah kamu. Aku juga kangen sebenernya tapi sekarang aku uda nggak sebebas dulu lagi. ” sangkal Joochan pada ucapannya sendiri.

“ Ah, iya, ini aku bawain lily putih. Katanya ini melambangkan cinta suci jadi aku kasih ke kamu. ” Joochan meletakkan lily putih di depan foto sebelum kembali berucap, “ Udah empat taun, Che, tapi aku masih belum bisa nerima kenyataan ini. ”

Fault || ft.Son Youngtaek 🔞✔ #wattys2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang