🍁8| Too Easy to Hurt Me

11K 1.3K 124
                                    

Budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca. Happy reading.

==========================

Mobil mewah milik Jennie baru saja memasuki pekarangan rumah nan megah itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mobil mewah milik Jennie baru saja memasuki pekarangan rumah nan megah itu. Pukul lima sore setelah menghadiri konferensi pers dengan beberapa kolega bisnis atas kemenangannya, akhirnya Jennie memutuskan untuk pulang.

Lagi-lagi Jennie tidak mendapati mobil Lisa terparkir di garasi. Jennie menghela napasnya perlahan, lantas keluar dari mobil. Hanya dengan berjalan saja, bisa dinilai bahwa Jennie mampu menempatkan setiap langkahnya dengan anggun. Begitu menawan.

Dua orang maid membukakan pintu untuk Jennie. Baik Jennie maupun Lisa, mereka akan disambut dengan jajaran maid di rumah ini.

Jennie melepas kacamata hitamnya, lalu duduk di sofa—melipat kedua kakinya. Seorang maid membawa nampan berisi minuman untuk Jennie. Minuman disajikan dan Jennie meneguknya dengan dua tegukan.

"Nona, ada titipan surat untuk Nona." Bibi Yoon—kepala asisten rumah tangga di rumah Jennie memberikannya dengan ragu-ragu pada Jennie. Semua pekerja di rumah ini pasti merasa sensasi yang cukup menegangkan ketika berbicara dengan Jennie. 

"Dari siapa, Ahjumma?" tanya Jennie. Sebenarnya Jennie memperlakukan dengan baik para maid-nya. Hanya saja mereka sedikit takut pada Jennie.

Kadang Jennie berpikir, memangnya dia semenyeramkan apa?

"Dari sekolah Nona Lisa," jawabnya agak ragu. Bini Yoon menunduk. Kali ini dia benar-benar takut menjawab pertanyaan dari Jennie.

Ekspresi Jennie berubah seketika. Tatapannya menajam ke arah surat yang berada di genggamannya. Dia sudah bisa menebak apa isi surat itu.

Jennie mulai membuka amplop putih itu. Matanya membaca cepat isi surat tersebut. Seketika wajahnya memerah. Gurat amarah tercetak jelas di wajah cantiknya.

"Memalukan!" Jennie meremas surat itu hingga tak berbentuk lagi. Kertas itu dia campakkan begitu saja seolah barang menjijikkan.

Jennie meninggalkan ruang tamu, lalu bergegas ke kamarnya. Lisa benar-benar membuatnya emosi sekaligus malu secara bersamaan.

Di kamar, Jennie mendudukkan diri di king size miliknya, tatapannya masih menajam, pandangannya lurus ke depan. Sesaat kemudian dia menyugar rambut ke belakang.

"Selain berperan sebagai perebut kebahagiaanku, kau juga berperan sebagai orang yang membuatku malu!" Jennie menggeram.

"Lisa-ya, aku malu memiliki adik sepertimu."

Rasanya Jennie ingin meluapkan emosi yang dia tahan pada Lisa. Percuma, Lisa tidak ada di rumah. Mungkin Lisa sengaja menghindari Jennie karena dia sedang terlibat masalah di sekolah.

BEHIND YOU ✔ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang