🍁10| Sacrifice

10.7K 1.3K 130
                                    

Budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca. Happy reading.

=======================

Lisa menutup pintu kamarnya untuk keluar setelah berpenampilan rapi dengan seragam sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lisa menutup pintu kamarnya untuk keluar setelah berpenampilan rapi dengan seragam sekolah. Dari lantai atas, dia melihat Jennie sedang menikmati sarapan. Lisa bingung apakah dia harus turun ke bawah atau tidak. Mengingat antara dirinya dan Jennie selalu bertengkar, Lisa benar-benar canggung ketika di dekat Jennie.

"Mana bisa aku melewatkan susu cokelatku," ucap Lisa setengah berbisik.

Jika, Lisa pergi tanpa mampir ke ruang makan, itu artinya Lisa melewatkan susu cokelat yang sudah disediakan Bibi Yoon.

Opsi kedua, jika Lisa meminum susu cokelatnya, itu artinya Lisa akan bertatap muka dengan Jennie. Ini pilihan yang sulit baginya. Perkara minum susu saja membuatnya pusing.

"No, aku tidak boleh mengabaikan susu cokelatku. Siapa dia? Anggap saja angin lalu."

Lisa mulai melangkahkan kaki menuruni tangga. Sesampainya dia di ruang makan, Jennie sama sekali tidak melihat ke arahnya dan fokus dengan makanannya.

Lisa tertawa miris di dalam hati. Selama tujuh belas tahun ini, minimal sapaan "selamat pagi" saja tidak pernah Jennie ucapkan padanya. Lisa pernah mengucapkan selamat pagi pada Jennie, sudah lama ketika dia masih sekolah dasar.

Saat itu, Lisa tidak pernah absen mengucapkan selamat pagi pada Jennie. Namun, Jennie dengan tanpa hati nuraninya mengabaikan ucapan selamat pagi dari Lisa dan mengacuhkannya begitu saja.

Lisa sudah terlatih sakit hati dari kecil.

Selamat pagi Lisa-ya.

Hwaiting, Lisa-ya.

Ucapan-ucapan sederhana itu tidak pernah Lisa dapatkan dari Jennie.

Bibi Yoon menghampiri Lisa, lalu sedikit membungkuk. "Maaf, Nona. Susu cokelatnya habis. Bibi lupa membelinya."

Lisa menghela napasnya perlahan. Perjuangannya ke ruang makan ini butuh tenaga ekstra karena bertemu Jennie. Jika dia tahu kalau susu cokelatnya habis, Lisa tidak mau repot-repot ke ruang makan.

"Bibi, gwencha—"

"Apa kalian kekurangan uang? Susu cokelat saja bisa kehabisan? Kenapa tidak membelinya sebelum habis atau membeli stok yang banyak?" Suara Jennie sedikit meninggi hingga membuat Lisa terkejut. Begitu juga Bibi Yoon.

Lisa beralih menatap Jennie yang tiba-tiba emosi hanya karena susu cokelat.

Apa maksud Jennie?

Padahal, yang tidak minum susu itu Lisa, bukan Jennie. Harusnya yang marah Lisa, tapi kenapa malah Jennie yang marah?

"Ma-maaf, Nona." Bibi Yoon dengan wajah ketakutannya menunduk, tidak berani menatap wajah Jennie yang tiba-tiba menyeramkan.

"Jangan memarahi Bibi Yoon," peringat Lisa pada Jennie.

BEHIND YOU ✔ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang