Budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca. Happy reading.
=======================
Park Chaeyoung mencoret-coret kertas di meja sambil menatap malas soal-soal berisi angka menyebalkan. Bukan hanya angka, terdapat huruf juga di dalamnya. Misalnya, soal-soal trigonometri dan kawan-kawannya. Itu semua membuat Chaeyoung frustasi.
“Suit-suitt ….” Chaeyoung memanggil Lisa dari belakang.
Sepertinya Lisa masih fokus mengerjakan soal. Tidak ada sahutan dari gadis itu.
Tidak menyerah begitu saja, gadis bermarga Park itu menyentuh pundak Lisa dengan pena. Kali ini berhasil, Lisa perlahan menoleh ke belakang dengan sebelah alis terangkat menyimpan tanda tanya.
“Bagi contekan.” Chaeyoung berbisik agar guru di depan tidak mendengar suaranya.
Lisa menghela napas pelan, gadis itu melihat ke depan. Memperhatikan sang guru yang sedang fokus ke layar laptop. Setelah aman, gadis itu menunjukkan lembar jawaban pada Chaeyoung. Menunjukkan pada gadis itu, bahwa dia juga belum siap dan masih mengerjakan dua soal dari tujuh soal yang diberikan.
Chaeyoung pasrah melihat jawaban Lisa. Sama sepertinya. Mereka berdua sama-sama hanya mengerjakan soal yang mudah. Sedangkan yang sulit? Mereka belum mengerjakannya.
Kalau sudah begini, apa yang akan dilakukan? Jawabannya hanya satu, pasrah saja. Yang penting yakin.
Mau melihat jawaban dari Bro Google? Jelas tidak bisa, namanya soal matematika. Menjawabnya saja harus dengan penyelesaiannya. Mana bisa mencari jawaban di google. Penyelesaiannya sama, tapi angka soalnya berbeda.
“Bisa tidak sih Matematika dihilangkan saja dari planet ini?” tanya Chaeyoung dalam hati.
Siapa yang setuju dengan Park Chaeyoung?
Akhirnya bel pertanda mata pejaran berakhir telah bergema. Para murid mengumpulkan jawaban kuis mereka.
Begitu guru keluar, Chaeyoung langsung membuka suara, mengajak Lisa mengobrol.
“Lisa-ya, apa tidak sebaiknya kita mengikuti bimbel?”
Lisa langsung menghadap ke belakang. “Anniya.”
“Wae?”
“Aku tidak mau waktuku terbuang sia-sia mengikuti bimbel. Bayangkan, kita harus bimbel sampai pukul sembilan. Dan itu sangat menguras pikiran.” Lisa menjawab. Menurut Lisa, bimbel hanya membuatnya semakin stres menghadapi pelajaran-pelajaran itu.
Lagi pula, Lisa sama sekali tidak berniat mengikuti Suneung, yaitu Ujian Kemampuan Skolastik ke Perguruan Tinggi untuk diterima di universitas Korea Selatan.
“Tapi, uri Appa menyarankanku untuk bimbel sebelum ujian kelulusan.”
“Ya sudah, kalau begitu turuti kemauan appa-mu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
BEHIND YOU ✔ [SUDAH TERBIT]
Fiksi Penggemar⚠️2 CHAPTER TERAKHIR TELAH DI UNPUBLISH UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN NOVEL [SISTERSHIP] [Jennie & Lisa] SEBELUM BACA WAJIB FOLLOW! ••••• Bagi Jennie, Lisa adalah penghancur kebahagiaannya. Kehadiran Lisa sejak pertama kali hanya membuat luka baginya...