2 Mei 2008
"Selamat ulang tahun, dek," suara mama membangunkan tidurku di Jumat pagi.
"Hooaaaammm, makasih, Ma," kataku sambil kriyep-kriyep menyambut pelukannya.
Ulang tahunku ini bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional, means hari ini sekolah libur dan cuma datang buat upacara aja. Sehabis sarapan nasi kuning, sebagai makanan wajib ketika keluarga kami ada yang berulang tahun, aku pun langsung buru-buru berangkat sekolah yang berjarak cuma 10 menit naik motor.
Upacara berlangsung dengan khidmat dan secara pribadi dengan senyum sumringah. Melihat kak Sigit jadi petugas upacara dari jauh aja udah jadi kado terindah buatku tahun ini. Setelah selesai upacara, nampaknya aku adalah orang terakhir yang pulang, menunggu parkiran agak sepi dulu biar pulangnya gak desek-desekan di gerbang keluar.
Aku pun berjalan sendirian menuju ke parkiran dan melihat motor yang gak asing lagi buatku sedang mengarah ke arahku.
Kak Sigit. Dia juga baru pulang ternyata. Kita pun berpapasan, dan aku menghentikan langkahku ketika dia tersenyum ke arahku, dan kemudian melewatiku.
Sebentar, otakku loading dulu. Dia tadi senyumin aku?!!
Setelah tersadar aku langsung berlari ke motorku dan mengecek kaca spion. Memastikan mukaku bener, gak ada bekas nasi kuning di bibir.
Sepanjang jalan pulang aku cuma bisa senyam senyum kayak orang gila. Aku gak langsung pulang, muter-muter dulu benerin ni hati yang lagi gak karuan. Gak lucu kalo sampe rumah mama kaget ngeliat anaknya ulang tahun malah gak waras. Tenang Alula, tenang. Jangan geer, jangan geer. Kali aja dia emang murah senyum, kali aja dia senyumin orang di belakangku (yang aku yakin tadi aku emang jalan sendirian). Yang jelas aku bener-bener menenangkan diri biar gak tinggi hati.
Cukup sampai di situ? Oh, tentu tidak.
Sampai rumah, aku pun segera menyalakan kaset Ungu di Walkman. Masih sambil senyum-senyum sendiri tentunya mengingat kejadian tadi. Tapi minimal udah di kamarlah ya sendirian gak ada yang liat. Mama di dapur, papa di kantor, kakakku dua cewek kuliah di Jogja. Ya udah aku si bungsu sendirian aja di kamar lagi berbahagia.
Lalu tiba-tiba hapeku di atas meja berbunyi.
Intro lagu CiDaHa.
Mungkin ini memang jalan takdirku, mengagumi tanpa dicintai ~
Aku matikan Walkman-ku.
Aku terdiam memperhatikan layar hape.
Ini ada apa lagi, Tuhan?
Kenapa ringtone ini?
Kak Sigit Bimasakti ☺
Halo. Benar ini nomor Alula?
Itu kalimat yang aku baca setelah lagunya selesai. Iya, aku tunggu sampai selesai lagunya.
Aku mematung.
Ini gak lagi mimpi kan? Sambil mencubit pipiku.
Aw! Sakit!
Iya, ini siapa ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARI ALULA [Completed]
RomanceDi setiap lembar buku harian Alula, ada nostalgia dari cerita cintanya selama tiga belas tahun. Bersama dengan lima lelaki berharga yang membentuk pribadinya menjadi perempuan kuat dan mandiri seperti sekarang. Ada Sigit, Brian, Dewa, Jayantaka, dan...