Lembar Sembilan

125 24 13
                                    


.

.

.


8 missed call

Ay, please respond me



Entah sudah hilang rasa keinginanku untuk membalas pesannya lagi.

Aku kembali membuka inbox fb-ku. Obrolan terakhirku dengan kak Novi (hm, Novi maksudku, udah hilang respek), masih seputaran tips memilih jurusan kuliah. Kenapa kelihatan bodoh sekali? Aku malu dengan diriku sendiri.



Tolong jelaskan ada hubungan apa kamu sama kak Sigit?



Akhirnya aku chat dia duluan. Ah, perempuan ini sedang online.



Dek, aku pun sebenernya mau tanya ke kamu

kamu ada hubungan apa sama mas Sigit?

Kami berdua udah jadian



Deg. Mas? First thing, mereka seumuran. Second, udah jadian?

Tangisku semakin menjadi-jadi. Rasanya udah hilang semangat hidupku. This is my first love, should it end this badly? Hubunganku dengan kak Sigit yang aku tau selama ini baik-baik saja. Kami jarang sekali bertengkar, berselisih, berbeda pendapat, hampir tidak pernah. Aku selalu mengerti maunya, begitu pun sebaliknya. Kita saling mengerti satu sama lain. Apa yang kurang? Apa kurangnya aku? Di mana salahku sampai kak Sigit setega ini? Aku benar-benar tak habis pikir. Kak Sigit yang selalu baik di mataku, di mata orang-orang di sekelilingku, berani mengkhianatiku. How come?!



Yang aku tau dan yang selama ini mas Sigit ceritakan, kamu sudah dia anggap seperti adek sendiri



Lanjut chat-nya.

Jadi selama dua tahun ini dia anggap hubungan kami hanya sebatas kakak-adek-zone? Apa aku yang terlalu geer? Aku masih berusaha mencerna semua ini. Siang ini aku masih baik-baik saja, dan dalam waktu singkat semua berbalik 180 derajat.



Kalian jadian sejak kapan?



Tanyaku menahan emosi sebisa mungkin.



Bulan Juni lalu sebelum wisuda

Aku harap kamu gak ada perasaan berlebih ke dia ya dek

I have no prob if you just keep being adeknya mas Sigit

Dengan senang hati aku juga akan menganggap hal yang sama ☺



DIARI ALULA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang