Lembar Tiga Puluh Dua

114 23 2
                                    

2014

Ketika teman-teman prodi dan fakultas lain yang seangkatan denganku sedang sibuk penelitian skripsi, bahkan persiapan wisuda, semester delapan ini aku baru disibukkan dengan kegiatan KKN. Dikarenakan semester sebelumnya prodiku diharuskan mengambil makul PKL alias Kerja Praktik dan makul Rancangan Percobaan yang mengharuskan ikut proyek dengan dosen. Prodiku ini benar-benar sibuk. Tepok jidat.

Dua bulan ini pun mau gak mau jadi LDR-an sama Brian. Agak lebay sih sebenarnya. Karena KKN-ku pun masih di DIY, tepatnya di daerah Wates, Kulon Progo, ya sekitaran satu jam dari Jogja kota. Rules di kelompok KKN-ku lumayan ketat sih, gak boleh keluar daerah posko KKN kecuali alasan penting. Makanya dalam dua bulan ini aku hanya sempat dua kali ke Jogja, itu juga untuk urusan seminar proposal skripsi. Dan tentunya curi-curi waktu ketemu Brian.

"Udah sampe mana, yonk?" tanyaku disambungan telfon.

Minggu depan tepat dua bulan masa bakti KKN. Hari ini beberapa kelompok KKN di daerah Wates sepakat mengadakan acara perpisahan yang lumayan meriah. Termasuk mengundang 3D, bintangnya kampus untuk meramaikan acara. Ya alasan lainnya karena aku managernya-lah jadi urusan kayak gini aku yang paling depan mengusulkan nama band kesayanganku.

"Iya pokoknya kalau udah liat ada balai desa, lurus terus aja sampe lapangan. Udah mulai rame pasang dekor segala macem kok ini, pasti kedengaran suara rame-ramenya," lanjutku menjelaskan patokan lokasi acara.

Gak berapa lama, tampak Yaris hitamnya Tara mulai parkir di deretan motor-motor warga. Ketiga laki-laki itu keluar dari mobil beserta peralatan manggungnya. Aku menyambut mereka dengan senyum paling lebar selama 2 bulan ini. Serindu itu rasanya.

Tangan kanan Brian merangkul pundakku dan tangan kirinya tentu saja menjinjing tas berisi bass kesayangannya. Kami berjalan beriringan ke panggung bersama dengan si gitaris dan si kibordis. Aku berusaha senormal mungkin untuk gak salting karena beberapa dari warga dan anak-anak KKN otomatis melihat ke trio tampan ini.

"Gimana KKN-nya? Ada yang naksir sama lo gak?" canda Tara mulai kepo.

"Mana sini yang naksir sama lo, gue mau ajak ngobrol," timpal Brian.

"Siapa juga yang naksir cewek galak kayak lo, La. Brian aja nyesel tuh kayaknya, haha," ledek Doni.

"Sialan lo, Don. Yang naksir sama gue banyak lah," jawabku yang langsung dibalas dengan tatapan kesal Brian. "Tapi habis ini langsung pada ciut ngeliat lo secara langsung, yonk," lanjutku sebelum terjadi perang dunia ketiga. Doni dan Tara tampak mual mendengarnya.

As always, mereka bertiga gak pernah gagal menghibur dengan musiknya. Malam ini ditutup dengan sangat manis oleh mereka, dan tentunya haru biru anak-anak KKN beserta warga yang telah menerima kami dengan sangat baik selama dua bulan ini. Masih ada satu minggu tersisa untuk memastikan semua proker selesai dengan baik.

"Thank you, ya, guys, udah nyempetin jauh-jauh kemari," ucap ketua kelompok desa sebelah yang sekaligus menjadi ketua penyelenggara malam penutupan ini.

"Sama-sama, bro. Kita juga makasih udah diundang ke sini," timpal Tara.

"Kalo gak ada Alula juga bakal susah ya kayaknya bikin kalian sampe sini, haha," canda pak ketua lagi yang diiringi dengan cengiranku yang merasa bangga punya anak-anak 3D ini di hidupku.

Usai acara, panggung dan tenda langsung dibersihkan oleh anak-anak KKN beserta warga dan para pemuda karang taruna. Aku sebagai yang punya jasa besar membawa 3D ke pelosok desa ini, diijinkan pulang duluan ke posko dengan tebengan mobil Tara.

"Di sebelah mana kamar lo?" tanya Doni di balik kemudinya ketika kami sampai di depan rumah posko. Dia baru ambil makul KKN semester depan, jadi selama di perjalanan Doni memang cukup kepo tentang KKN ke aku dan Tara yang udah KKN duluan semester lalu.

DIARI ALULA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang