Lembar Tujuh

117 23 4
                                    


Kak Sigit Bimasakti ☺

Pulang les nanti saya jemput ya ay.

Temenin mantai seperti biasa. Butuh refreshing nih habis UN.



Oke kak. Jam 4 yaa :D



FYI, semenjak puasa tahun lalu, kak Sigit memanggilku ay. Eits, bukan ay ayang sayang atau ayunan ya. Tapi ay, Aya, diambil dari karakter Zaskia Mecca di serial Para Pencari Tuhan, serial favorit Ramadan-ku kala itu. Dia pun ikut-ikutan memanggilku Aya. Ya walopun tak jarang aku menganggap 'ay' yang lain :)

Jam 4 lewat 5 menit aku baru keluar dari tempat les dan mendapati kak Sigit udah menunggu di depan gedung. He looks so casual today. Aku yang biasa melihat dia dengan seragam sekolah, atau baju sport setiap jogging Minggu pagi, suka meleleh sendiri setiap melihat dia pakai kaos hitam, outer parka krem, dan celana jeans seperti sekarang ini. Rambutnya udah mulai tumbuh lebat, setelah selama aktif di kegiatan Passus dulu 'memaksa'nya untuk selalu berambut rapi, bahkan sekalian botak. Sekarang dia udah bebas. Pagi tadi juga hari terakhirnya UN. Sekarang tinggal menunggu hasil UN, UAS, dan ujian masuk kuliah. Ah, kuliah. Dia bakal kuliah di mana, ya? Kita... bakal pisah dong? Dan giliranku juga menghadapi galaunya anak kelas XII habis ini.

Pantai ini satu tahun yang lalu gak ada siapa-siapa selain kak Sigit dan aku. Sekarang, udah lumayan ramai. Ada yang bawa anaknya berenang, ada yang cuma numpang makan pop mie bonus view laut, dan gak sedikit yang pacaran. Termasuk... hah?? Dina?????

"Udah berapa lama kamu jalan ama kak Reza kagak bilang-bilang aku, hah?" bisikku bete setelah kami berempat akhirnya ikut jadi tim makan pop mie bonus view laut ini. Agak awkward sih, soalnya kelihatan banget mereka berdua memang niat backstreet dari kami semua. Pinter juga mereka menyembunyikannya.

"Sebenernya udah lumayan lama sih, La. Tapi janji ya jangan bilang-bilang. Soalnya aku sama kak Reza kan sama-sama di Passus, ada rules gak tertulisnya tentang larangan pacaran sesama anak Passus. Ya, ya, please, La. And I'm so sorry for not telling you this," kata Dina memohon.

Sebenarnya aku udah curiga dari lama juga sih. Tapi anak ini selalu menyangkal gak ada apa-apa, ya aku percaya-percaya aja jadinya. Salutlah sama mereka berdua yang gak pernah mengumbar hubungan ini. I'll keep this secret, Din.

.

.

.

Pagi ini pertama kalinya aku masuk ke rumah kak Sigit. Tadinya cuma mau balikin novel dia yang aku pinjam dari lama, well ya sebenernya mau sekalian pamit, siang ini dia berangkat ke Jogja, kurang lebih 4-5 jam dari daerah kami. Dia diterima di jurusan Pendidikan Fisika di salah satu PTN di Jogja, sekampus dengan kak Reisa. Jurusan yang selalu dia pinginin. Mau jadi guru atau dosen Fisika katanya. Padahal ulangan fisika-ku selalu remed. Aku gak ngerti kenapa dia segitu cintanya sama mapel yang aku benci.

Aku menyeruput teh hangat buatan mamanya kak Sigit. Tadi beliau yang menyuruhku masuk buat nunggu kak Sigit yang masih mandi. Setelahnya, beliau berangkat arisan RT dan tinggal lah aku sendirian di ruang tamu ini sambil masih deg-degan habis ketemu camer. Buruan napa kak, keburu papanya yang dateng, aku gak siap.

Aku pun akhirnya iseng membuka halaman Facebook. 8 Friend Requests. Jaman itu, masih aku confirm semua kenal gak kenal pun. Salah satunya aku lihat, Novi Damayanti. Wah, senengnya bisa berteman sama temennya kak Sigit. Walopun belum pernah ngobrol langsung, tapi kami lumayan sering melempar senyum ketika berpapasan. Kak Novi ini kelihatannya judes dan galak, tapi ternyata ramah dan murah senyum juga. Dan di waktu yang sama akhirnya kak Sigit muncul juga. Rambutnya masih basah handukan. Nyengir pula. Eh kok ganteng?

DIARI ALULA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang