2 Mei 2015Tepat di hari ulang tahunku ke-22, pertama kalinya dalam hidupku melakukan perjalanan sejauh ini. Hamparan awan yang perlahan mulai tampak setelah matahari meninggi, membawaku dan kedua orang tuaku terbang menuju Bandara Narita, Tokyo dari Cengkareng untuk transit sebelum berganti pesawat menuju Calgary, Kanada.
Semalaman aku gak bisa tidur. Walaupun Brian berkali-kali menyuruhku tidur setelah kami berdoa bersama menyambut ulang tahunku via telfon, tapi mata ini seperti enggan memejam, membayangkan keesokan harinya aku benar-benar meninggalkan Indonesia. Dan di sinilah aku, duduk di belakang seat mama dan papa, sendiri, sambil memikirkan rencana apa yang harus aku susun untuk masa depanku. Mama papa hanya cuti sebulan, sedangkan aku, mungkin akan sedikit lebih lama karena papa berharap aku bisa melanjutkan kuliah S2 di sana. Well, let's see.
Kami menghabiskan lebih dari dua puluh empat jam di hari ulang tahunku. Wow. Aku bisa katakan ini adalah salah satu hari ultah yang paling spesial sepanjang hidupku. Kami berangkat dari Indonesia pagi di tanggal dua Mei. Memerlukan waktu sekitar tujuh jam ke Tokyo, dilanjut penerbangan ke Vancouver lebih dari 9 jam, dan flight domestik ke Calgary satu setengah jam. Belum lagi masa transitnya, total perjalanan hampir dua puluh empat jam sendiri. Tapi, aku sampai di Calgary masih di tanggal yang sama pukul tujuh sore. Iya, aku bilang sore karena masih ada matahari.
Mas Gama, Mbak Brisa, keponakanku Ben (4 tahun) dan Mia (2 tahun), sudah menunggu kami di pintu kedatangan. Kami saling berpelukan satu sama lain, melepas rindu setelah satu tahun yang lalu mereka sempat mudik ke Indonesia.
Udah sampe rumah mbak Bri :D
Udah ketemu Ben Mia juga, kangen banget huhuOyong
Syukurlah kalo gitu :)
Pasti bakal jetlag habis iniIya, nih. Kalo gue gak ada kabar berarti lagi tepar ya
Btw yonk, gue sempet mellow dikit selama perjalanan iniMellow kenapa?
Gue baru ngeh, mama papa mulai beruban ...
Mereka juga beberapa kali gak kuat jalan karena kecapekan
Dan denger Ben Mia panggil 'eyang' tuh semakin nyadarin gue kalau mereka udah berumur :(Beruntungnya Bapak Halim dan Ibu Halim ini punya anak seperti Alula :")
Yang seperhatian itu mengkhawatirkan keadaan mereka :)Yonk ... I'm serious :(
Ya gue juga sayang
Ada aja lho anak yang cuek bebek sama ortunya sendiri
Bahkan gak sadar apa-apa ...
Makasih ya udah ngingetin gue :")Tapi ... gue masih jadi anak yang kurang ajar ...
Selama ini lo udah jadi anak baik-baik kok, yank
Ada kalanya kita gak sependapat sama mereka, ya itu wajar
Asal jangan sering-sering nyakitin hati merekaBaiklah yonk, lo juga ya
Ya udah gue tidur duluuuI will.
Met bobok yank, mimpi indah yaLove you
.
.
.
Jam tidurku di Calgary, adalah jam Brian bangun ke kampus. Jam makan malamku, adalah jam Brian sarapan di Jogja. Dua bulan LDR, semua masih baik-baik saja. Kami sesekali video call, dan bahkan Brian sering mengikutiku jalan-jalan virtual, walaupun itu sekedar ke playground menemani Ben dan Mia main slide, atau sepedaan keliling kompleks. Aku pun sering nimbrung dia mengerjakan tugas kampus secara virtual, atau lembur proposal untuk kegiatan seni budaya Jabar.

KAMU SEDANG MEMBACA
DIARI ALULA [Completed]
RomanceDi setiap lembar buku harian Alula, ada nostalgia dari cerita cintanya selama tiga belas tahun. Bersama dengan lima lelaki berharga yang membentuk pribadinya menjadi perempuan kuat dan mandiri seperti sekarang. Ada Sigit, Brian, Dewa, Jayantaka, dan...