Lembar Dua Puluh Sembilan

139 24 11
                                    

Sore itu aku dan Brian sedang bersantai di halaman belakang basecamp. Doni dan Tara berada di dalam ruang studio, sedang berkaraoke lagu-lagu Secondhand Serenade yang hanya sayup-sayup bisa ku dengar suaranya dari luar sini. Di kursi santai, aku menyandarkan kepalaku ke lengan kiri Brian sebagai bantalan dan tangannya yang gak berhenti memainkan rambutku. Tanpa sepatah kata pun, kami menikmati langit dan cuaca Jogja yang sungguh adem. Setelah menghabiskan sisa libur panjang semesteran dengan mudik kemarin, cukup dengan begini cara kami melepas rindu LDR-an.

"Bulan depan ada pelatihan kader, acara BEM-F di Kaliurang. Nanti gue nitip undangan sekalian buat BEM Bio ya," ucap Brian.

"Gue ikut nih?" tanyaku.

"Ya iyalah. Bantu isi brainstorming, sama isi hatiku," candanya. Aku agak mual-mual senang mendengar gombalannya. 

"Ada cerita apa di rumah?" kata Brian membuka topik lain.

"Mmm ... gitu-gitu aja sih, yonk," jawabku sambil mengingat-ngingat apa yang perlu aku bagikan dengannya.

"Oh, ya, yonk. Mama udah tau kita pacaran," lanjutku.

"Mmm ... terus, gimana?" tanyanya.

"Tapi gue belum berani bilang soal itu sih," jawabku. Lagi-lagi masalah perbedaan suku menjadi penghalangku untuk jujur ke mama.

"Gue udah bilang, yank," sahutnya tiba-tiba. Aku kaget, dia gak pernah memberi tanda-tanda akan cerita ke maminya.

"Te— terus gimana, yonk?" tanyaku penasaran sekaligus takut.

"Hmm. Ternyata mami juga sepemikiran sama mama lo."

Deg. 

Kami kembali terdiam masih sambil memandangi langit.

"Hmm ... kenapa sih rasis banget Jawa Sunda gak boleh punya hubungan?" gerutuku.

"Lo gak tau sejarahnya ya, yank?" tanyanya sambil menoleh ke arahku. Aku otomatis membalas tatapannya itu dengan tatapan bingung. Segala ada sejarahnya ini?

Dia kembali melempar pandangannya ke langit atas. Masih dengan posisi yang sama dia menceritakan asal mula pertikaian suku Sunda vs Jawa di sekitaran tahun 1350-an, yang dikenal dengan Perang Bubat. Berawal dari Prabu Hayam Wuruk dari kerajaan Majapahit yang berniat mempersunting Putri Dyah Pitaloka dari Kerajaan Sunda. Singkat cerita, di perjalanan Putri Dyah Pitaloka beserta rombongan prajurit ke Majapahit, timbul keinginan Gajah Mada yang kala itu menjabat sebagai mahapatih untuk menguasai Kerajaan Sunda. Gajah Mada beserta pasukannya pun mengancam Kerajaan Sunda untuk takluk, tetapi mereka menolak dan terjadilah Perang Bubat itu. Kerajaan Sunda pun kalah dan Putri Dyah Pitaloka memilih untuk bunuh diri demi kehormatannya dan bangsanya. 'Dendam' Sunda-Majapahit pun berlangsung turun-temurun dan seperti sudah menjadi tradisi bila Sunda-Jawa tidak baik untuk menjalin hubungan.

"Wah, demi apa pun gue baru tau ada cerita kayak gini, yonk." Aku benar-benar mendengarkan ceritanya dengan seksama. Salah satu yang membuatku tambah cinta sama Brian ya ini, pengetahuannya luas sekali dari soal politik, bisnis, ilmu alam, sampai sejarah dia banyak tahu.

"Ya kurang lebih gitu cerita yang pernah gue baca. Coba nanti dicari lagi dengan sumber yang jelas. Entah ini mitos atau fakta, tapi hubungan antarsuku Jawa-Sunda memang agak sedikit sensitif sih. Apalagi buat orang-orang yang masih kolot pemikirannya ... yang sedikit banyak ada di ortu kita," terangnya. Aku mengangguk mengerti.

"Hmm ... Ya udahlah yonk, kita jalanin dulu aja. Toh target nikah juga masih lama kan."

"Target lo umur berapa emang?" tanyanya balik.

"Mmm ... 24 kali ya? 25 deh mentok," jawabku mengawang.

"Hmm ... Gue pinginnya 30 sih. Umur 24 kayaknya masih mau ngumpulin duit dulu."

DIARI ALULA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang