Tiya membangunkanku dari tidur lelapku semenjak kereta api mulai berangkat dari Stasiun Kediri, sampai Stasiun Balapan, Solo ini. Sebentar lagi akhirnya sampai Jogja, kota penuh kerinduan. Kami bersebelahan dalam diam, dengan pikiran masing-masing. Rasanya aneh, berangkat bertiga, pulang hanya berdua. Aku pun gak pernah lagi bertemu dengan Yolan setelah kejadian itu.
"Gue salut sih sama Andika. Dia tau kondisi Yolan yang sebenarnya, tapi dia tetap bertahan, menemani, dan bahkan ikut bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Sampe dibela-belain nyusul ke Pare cuy. Something that Brian would never do to me," kataku tiba-tiba, seperti menyaut pikiran Tiya.
"Padahal yang gue tau, cowok itu penuh perjuangannya di awal doang. Care, sayangnya, cuma pas pdkt dan awal-awal jadian aja. Coba liat kalo udah setahun. Kalo tuh cewek udah di 'tangannya', langsung deh tuh berubah cuek," lanjutku sinis curcol sambil melihat ke jendela luar. Mengingat banyak kejadian besar di Pare yang gak bisa aku ceritakan banyak ke Brian karena dia sibuk.
"Hmm. Emang alurnya mirip-mirip sih. Cewek jual mahal, cowok ngejar, dapet, jadian, manis, lama-lama jadi pait, gantian ceweknya yang ngemis-ngemis buat ketemu atau diperhatiin. Pas cowok ngecewain, yang cewek udah terlanjur cinta jadi sok-sok gak papa disakitin," sahut Tiya.
"Heh, lo nyindir gue??"
"No, babe. Gue juga begitu." Tiya mengklarifikasi sebelum ku obrak-abrik satu gerbong.
"Tapi, La, tau gak sih. Bisa aja yang lo liat dari Andika ya emang kebetulan yang bagusnya aja. Lo gak akan pernah tau hubungan mereka berdua yang sebenarnya gimana. So, better to not compare your stories to others. Yang jalanin kan lo ama Brayen, ya otomatis lo yang kenal Brayen gimana dan perkembangan karakter dia seperti apa seiring berjalannya waktu." Poin yang disampaikan Tiya di sini sangat ngena. Ada betulnya.
"There's no perfect story, kan, Yak?"
"That's right, bebeh."
Aku memalingkan kepalaku ke arah luar lagi. Hamparan sawah hijau luas membawa pikiranku flashback ke masa-masa dengan Brian dari awal sampai sekarang dua tahunan. Ada saat di mana aku iri dengan teman-temanku lainnya yang kalau mau belanja selalu ditemani pacar, ke mal berdua dengan pacar setiap weekend, bbm-an setiap saat, posting foto-foto lucu berdua di FB, pacaran di timeline FB. Aku pernah merasakannya hanya di tahun pertama dengan Brian. Setelahnya, dia semakin sibuk dengan organisasinya dan kerjaannya.
Ke mal berdua? Apa itu berdua buat kami? Setelah tahun pertama itu, pasti selalu ada Doni dan Tara yang mengekor. Gak sengaja mengekor sih, tapi jadi berempat terus karena schedule ngeband atau menemani mereka nge-BEM atau rapat panitia acara di warkop. Kami bisa berduaan seringnya karena makan. Bisa dari makan pagi, makan siang, makan sore, makan malam.
Hm, beruntung aku doyan makan. Padahal sebelum kenal Brian, aku di rumah terkenal dengan julukan si picky eater. Baru semenjak sama Brian aku jadi doyan makan ikan, terong, kambing, ceker ayam, jeroan, dan makanan-makanan aneh lainnya yang mama sendiri kaget aku berubah jadi omnivora alias pemakan segala.
Bahkan karena perbedaan budaya kami, aku yang orang Jawa dan Brian yang orang Sunda, kami jadi sering wisata kuliner memperkenalkan makanan khas dan budaya masing-masing. Untuk pertama kalinya Brian makan garang asem, nasi gandul, soto kudus, rawon, dan makanan Jawa lainnya yang belum pernah dia coba sama sekali. Aku juga jadi tau enaknya nasi tutug oncom, empal gentong, mie kocok, tahu gejrot, atau minimal dapat bonus es teh dari aa' di warung burjo yang Brian dengan mudahnya cees-an karena sesama perantau dari Jabar.
Ya begitulah hubungan kami. Kalau lagi romantis bahkan bisa sampai membuat Chelsea-Glenn minder melihat kami. Tapi kalau satu di antara kami sedang unmood, udahlah, rasanya mau menyusul Doni aja jadi jomblo.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARI ALULA [Completed]
RomantizmDi setiap lembar buku harian Alula, ada nostalgia dari cerita cintanya selama tiga belas tahun. Bersama dengan lima lelaki berharga yang membentuk pribadinya menjadi perempuan kuat dan mandiri seperti sekarang. Ada Sigit, Brian, Dewa, Jayantaka, dan...