Lembar Empat Puluh Satu

125 21 17
                                    

Agustus 2017

This is an announcement for passengers on flight 341 to Jakarta. The departure gate ...


Beijing Capital International Airport pagi ini tidak begitu ramai. Sepertinya penerbangan ke Jakarta nanti seat-nya lumayan lowong untuk ku duduk sendiri. Akhirnya aku kembali ke Indonesia setelah dua tahun lebih menumpang hidup di Kanada. Gak ada alasan lagi untuk ku tetap stay di sana. Ya walaupun sebenarnya kalau ditanya, aku tentu lebih memilih tinggal di sana. Negara yang tenteram, tertib, sepi, sejuk, bersih.

Kké duduk di sebelahku. Kali ini aku lepas ikatannya dari gantungan tasku. Aku sedang menimbang-nimbang bagaimana nasibnya selanjutnya. Ada Brian di dalam dirinya yang bagaimana pun gak bisa aku lupakan. Thank you Kké, for these wonderful years we've spent together. I better leave you here, for my sake.



Dewa Ariza is calling ...


"Mbak La! Udah mau terbang? Aku baru banguuuunn."

Aku tertawa melihat tingkah anak ini yang masih golet-golet di kasur dengan kaos hitamnya. Menggemaskan.

"Iya. Santai aja dek, ke Jakarta masih 10 jam-an lagi. Sampe Jogja paling maleman. Jam 7an."

"Jam 7an ya? Oke, siaaaapppp."

"Beneran gak papa? Gak ngerepotin?"

"Enggak dong, mbak! Aku malah gak sabar ketemu mbak lagi. Udah berapa tahun coba terakhir ketemu? Mmm ..." Aku melihatnya menghitung dengan jarinya. "Empat!! Wohhh lama banget empat tahun gak ketemu padahal kemarin sempet sama-sama di Jogja lho!" serunya dengan semangat.

Setahunan ini bisa dibilang kami sering berhubungan. Bahkan kalau Dewa sedang mudik, dia gak segan-segan vcall denganku di depan keluarganya. Mau gak mau aku pun jadi kenal dengan ayah bundanya, dan adik perempuannya, Dewi, yang sekarang baru naik kelas 3 SMA. Keluarga mereka sangat ramah dan menyenangkan. Aku merasa jadi punya dua adik lengkap, Dewa dan Dewi.

Terkadang aku merasa bersalah karena gak pernah menyempatkan diri untuk bertemu Dewa sewaktu masih di Jogja dulu. Bahkan message-nya jarang aku gubris, karena, ya gimana ya, takut Brian kira yang nggak-nggak. Untungnya setelah itu Dewa seperti kapok menghubungiku lagi. Jadi kami sempat lost contact selama beberapa tahun, sampai akhirnya Dewa 'menemukanku' di Instagram.

"Ya udah, aku masuk dulu yaa!"

"Oke, mbak! Safe flight, ya! Kabarin kalo udah sampe!"

Tut.

Aku menyiapkan paspor dan boarding pass di tangan. Memastikan gak ada yang tertinggal lagi selain Kké di kursi tunggu. Goodbye, my past. Batinku tersenyum lega. Aku menikmati perjalanan pulangku ke Indonesia dengan tanpa beban lagi. Another new life, I'm ready.

.

.

.

"Mbaaaakkk!! Udah landing?? Beneran udah di Indo??" seru Dewa dengan semangat.

"Iyaaaaa, ini udah di Soetta, dek. Bentar lagi ni ke Jogja. Kamu beneran jemput?"

"Aku udah di jalan, mbak. Nih liat. Udah kangen Jogja kan pasti??" jawabnya di vcall sambil memutar kamera ponselnya. Dan iya, dia memang sudah di perjalanan.

"Gak usah buru-buru kali, dek. Kok udah jalan aja."

"Gak papa. Gak sabar ketemu, mbak! Jogja udah siap menyambut Mbak La!"

DIARI ALULA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang