Lembar Tiga

158 29 7
                                    


Dua hari berlalu dan aku masih merasa pergi sama kak Sigit berdua kemarin cuma mimpi. SMS kami terakhir memastikan kami sudah sampai rumah masing-masing dan gak ada obrolan apa-apa lagi setelahnya. Di sekolah pun kalau kami papasan cuma bisa lirik-lirikan curi-curi pandang dengan awkward-nya karena gak tau harus gimana. Aku dengan teman-temanku, dia pun juga dengan teman-temannya. Masih terlalu dini nampaknya kalau kami jadi tiba-tiba sok akrab di depan orang banyak. Alula, si siswi baru yang biasa-biasa aja itu kenapa bisa kenal sama anak Passus kece macam Sigit? Pasti akan ada omongan seperti itu.



Selamat pagi, Alula ^^



Sampai tiba-tiba ada SMS masuk dari Sigit Bimasakti di pagi hari Rabu itu. Aku masih di parkiran sekolah, baru aja parkir motor. Jantungku kembali berdebar gak karuan lagi. Oke, aku gak halu kemarin.



Selamat pagi juga, kak :)



Pulang sekolah nanti saya mau ke PU, kalau alula mau ikut...



Mimpi apa aku semalam, kak Sigit tiba-tiba ngajakin ke Perpus Umum?! Aku berjingkrak kegirangan gak peduli diliatin orang-orang yang baru pada dateng juga. Jujur aja aku gak pernah ke PU selain untuk tugas UAS SMP setahunan yang lalu. Aku kurang suka baca buku dan lebih milih nonton. Mungkin karena aku anaknya gak kreatif, kurang bisa berimajinasi.



Kalau mau nanti kita ketemu di sana aja

Semangat ya belajarnyaa! ^^



Oke kak nanti aku nyusul ke sana.

Kak Sigit juga semangat ya! :)



Tentu saja kesempatan ini gak aku tolak. Seharian ini aku tersenyum sendiri dan sorry banget kak aku malah jadi gak fokus belajar. Semangat tapi gak fokus. Ngerti kan? Duh, gini amat ya jatuh hati.

Aku memarkirkan motorku di sebelah motor berplat nomor 6452. Kak Sigit kok bisa sampe duluan ya, padahal aku rasa tadi tepat bel pulang sekolah langsung buru-buru ke parkiran gak sabar ketemu doi. Aku merapikan rambut dan seragamku, semprot parfum sedikit untuk menyamarkan bau keringat seharian di sekolah. Oke, masuk.

Perpus umum di daerahku tidak terlalu besar. Hanya bangunan dua lantai dan kebanyakan buku-bukunya di lantai dua. Lantai satu hanya kumpulan majalah dan koran, tempat penitipan tas, dan beberapa ruangan manajemen dan administrasi. Aku pun langsung ke lantai dua setelah memasukkan tasku ke loker penitipan. Dari tangga aku sudah mulai celingukan mencari sosok yang udah bikin jantungku berdebar-debar gak karuan bahkan dari sebelum bertemu. Aku berjalan di antara rak-rak buku. Pura-pura sibuk mencari buku padahal mataku jelas sekali sedang sibuk mencari orang.

"Dek?" suara pelannya mengagetkanku dari arah belakang, sampai-sampai buku yang kupegang jatuh dan lumayan mengundang perhatian pengunjung di sana. Alias berisik amat. Kak Sigit reflek mengambil buku yang kujatuhkan tadi.

DIARI ALULA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang