Chapter 2

1K 123 239
                                    




Hallo teman-teman semua, saya kembali :)

Jangan lupa di vote dan komen ya. Semoga teman-teman sukaa cerita ini <3

Happy Reading^^


Chapter 2

Lakukan dengan totalitas, maka kamu akan mencapai apa yang kamu inginkan -Secretary


Kring.. Kring ..

"Ya, baik Pak. Nanti akan saya sampaikan kepada Pimpinan saya, setelah itu akan saya kabari Bapak kembali.. Baik Pak, iya Pak, iya, tidak masalah. Nanti akan saya kabari Pak, terimakasih Pak, selamat pagi Pak," 

Clek

Hari masih pagi, Jane sudah disibukkan dengan panggilan dari kolega yang super rewel. Suka mengubah janji temu dengan pimpinannya sesuka hati. Sangat merepotkan bagi Jane, tetapi Jane selalu sabar dan melayani kolega tersebut dengan ramah. Bagaikan malaikat yang tidak pernah marah. Usai menerima telepon tersebut, Jane menuju ruang istirahat yang ada di lantai ruang kerjanya. Seperti biasa, ia mengambil sesachet kopi di baris ketiga dari rak berwarna hijau empat tingkat itu, kemudian ia memindahkan bubuk kopi dari kemasannya ke dalam gelas pink kepala hello kitty miliknya dan menyeduhnya dengan air panas dari teko elektrik yang terletak di sebelah kanan pintu masuk ruang istirahat. Sambil mengaduk rata kopinya, ia berjalan menuju jendela yang terletak di sisi kanan tengah ruangan dari pintu masuk.

"Hai darling! Good Morning malaikat ku!" suara melengking milik Lilis menyadarkan Jane dari lamunannya.

"Morning darling, muach," balas Jane sembari melemparkan kecupan jarak jauh pada Lilis yang sedang menuju rak empat tingkat itu. Berbeda dengan Jane, Lilis lebih menyukai teh di pagi hari ketimbang kopi.

"Iuh, apa sih lo Jane Princella. Setiap pagi selalu berdiri di sana menatap keluar jendela. Emang ada apa sih di sana? Ada cowok ganteng? Atau menatap masa depan?" lirih Lilis yang kini sedang menyeduh teh miliknya di sisi meja teko elektrik.

"Haha.. tau aja ada cowok ganteng," canda Jane tanpa memalingkan pandangannya, sesekali mengaduk kopi yang ada di dalam gelas gengamannya.

"What? Seriously? Mana-mana?" heboh Lilis yang berjalan menuju samping Jane sementara pandangannya menatap keluar jendela menjelajahi seluruh manusia di luar sana dengan kepo.

"Dasar centil!" Plak. Jane menyentil kepala Lilis yang kini sudah berada di sebelahnya, "mau aja lo di bohongin,"

"Auh.. sakit bego," Lilis meringis kesakitan sembari mengelus kepalanya.

"Tidak ada alasan sih, suka saja, berdiri di sini aku dapat melihat langit dengan jelas dan menyegarkan pikiran dengan menatap langit," jelas Jane yang kini membalikkan badannya dan berjalan menuju meja panjang yang terletak di tengah ruangan itu dan di susul oleh Lilis. Kini mereka sudah terduduk bersebelahan di meja kayu panjang bercat putih itu.

"Eh, gelang lo bagus Lis," ucap Jane seraya menyentuh gelang dengan mainan hati yang melingkar di tangan kanan sahabatnya itu. Wajahnya yang mungil, kulit yang putih dan rambut yang ikal dilengkapi dengan beberapa aksesoris membuatnya terlihat sangat feminim hari ini.

"Oh, yes, pasti. Mata gue engak pernah salah kalau memilih barang," ujar Lilis dengan sombong seraya mengibaskan rambutnya sebelah dengan centil.

"Hai baby-baby ku," sapa Sulestian dengan gaya gemulainya yang membuat Jane dan Lilis tertusuk geli.

"Baby-baby pala lo! Eh, Sule! Dengar ya, sejak kapan gue jadi baby lo? Apa? Baby? Sejak kapan mak gue kawin sama lo? Ogah banget gue punya bapak gemulai kayak lo! Iuh!!" sergah Lilis dengan muka jijiknya serta menirukan gaya gemulai milik Sulestian.

SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang