Hallo teman-teman :)
Aku binggung mau up cerita ini gak, takutnya terlalu cepat up teman-teman merasa bosan. Tapi akhirnya aku up juga, karena gak sabaran untuk up. hehehe.. komen dong, kira-kira ngebosanin ngak kalo aku up nya terlalu sering.
Yang baca jangan lupa di follow dan vote dulu ya, lalu di komen juga. atau ada mau request adegan juga boleh. siapa tau bisa nambah ide aku.
Cuss.. aku lanjutin ya..
Happy Reading guys ^^
Chapter 7
Benih cinta tumbuh tanpa kita sadari, ketika perasaan semakin mendalam, barulah kita akan menyadarinya -Secretary
"Perlu gue mintakan nomor hp-nya?" ucapan Lilis berhasil menarik perhatian Jane kembali. Lilis menaikkan sebelah alisnya seraya menunggu jawaban dari gadis di hadapannya.
"Kelamaan mikir lo!" Lilis bangkit dari posisinya, Eh! Ia melangkah menghampiri pria yang sudah diamati sedari tadi.
"Hai!" sapa Lilis seraya menyandarkan tubuhnya pada meja kasir, sementara pria di hadapannya hanya diam bahkan tidak melirik sama sekali. Wew cakep juga kalo dilhat dari dekat.
"Ehm.. begini, teman gue pengen ngajak lo kenalan. Siapa tau kalian bisa menjadi teman ngobrol, teman gue yang dud.." Lilis tediam setelah melihat Jane yang sudah menghilang dari tempat duduk mereka tadi. Sial Jane kemana! Batinnya.
"Sorry, gue engak tertarik," pria itu lalu berjalan keluar meninggalkan gadis itu setelah menerima segelas kopi dari Beto.
"Haha.. kasihan dicuekin," ledek Beto.
"Diam lo! Shit! Jane sialan! Hilang kemana tu anak," gerutu Lilis dan berjalan menuju mejanya kembali. Baru ingin mengeluarkan ponsel dan menghubungi sahabatnya, terlihat Jane yang keluar dari arah toilet.
"Gimana? Dapat?" tanya Jane penasaran.
"Dapat apanya, gue mau ngenalin lo sama dia elo nya malah sembunyi di closet," gerutu Lilis kesal sementara Jane hanya memamerkan gigi putihnya yang tersusun rapi.
"Cyee.. yang gagal dapatin nomor hp," Jane dan Lilis langsung menoleh ke arah asal suara itu.
"Siska!" teriak Jane dan Lilis kompak, berhasil membuat seisi ruangan menatap ke arah mereka.
"Ya ampun! Gue kangen banget sama lo!" Jane memeluk Siska yang sudah terduduk di antaranya dan Lilis.
"Gimana keadaan lo? Apa kata dokter?" tanya Lilis sembari menyeruput jus mangga yang ada di dalam gelas genggamannya.
"Gue baik-baik aja kok, tidak ada hal yang parah," balas Siska.
"Jadi sekarang lo udah bisa kerja seperti biasa?" tanya Jane lagi.
"Iya, gue mulai besok sudah bisa masuk kerja seperti biasanya," jelas Siska kembali.
"Baguslah," timpal Lilis. Sesaat setelahnya, pesanan mereka tiba. Jane melahap nasi bento yang ada di hadapanya dengan cepat. Lilis yang baru ingin mulai makan terkejut melihat sisa nasi Jane yang tidak sampai setengah porsi.
"Ya elah buk! Lo kelaparan? Berapa hari engak makan lo? Selow aja kali makannya," ujar Lilis.
"Iya nih, cuaca mendung banget jadinya lapar mulu bawaannya," jelas Jane, sementara mulutnya masih penuh dengan nasi dan potongan nuget di dalamnya.
"Hubungannya apa coba cuaca mendung sama lapar?" tanya Siska yang baru hendak mulai menyantap spageti blackpaper pesanannya.
"Ntah si bodoh satu ini. Perasaan cuaca mendung atau engak makan elo selalu banyak," gerutu Lilis. Merasa tidak kenyang dengan pesanannya, Jane kembali memesan spageti blackpaper yang sama dengan pesanan Siska. Wew! Terlihat menggoda, batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretary
General FictionSejak kepergian kakaknya, ia menjadi semakin cengeng. Menyalahkan diri sendiri atas kejadian itu. Hingga suatu hari, ia berubah 360 derajat. Perubahan yang membawa hidupnya menjadi lebih baik. Memiliki hidup yang di impikan bukanlah suatu kebetulan...