Hallo readers
Apa kabar? semoga sehat selalu ya.. biar bisa lanjutin baca tulisan ku, haha :p
Aku UP lagi ya.. jangann lupa di follow, vote dan komentar, WAJIB!! Hihihhi <3
Aku lanjut ya..
Happy Reading^^
Chapter 15
Terkadang perhatian kecil dari kita sangat berarti bagi orang lain –Secretary
"Dasar perempuan jalang!" umpat lelaki itu.
Plak!
Telapak berukuran lebar itu mendarat tepat di pipi kanan Siska. Dengan suara yang keras dan tenaga yang kuat, jelas tamparan itu membuat pipi gadis itu kian memerah dan terasa nyeri, bahkan meninggalkan sedikit luka di ujung bibirnya.
Tak hanya sampai di sana, aksi kekerasan itu masih berlanjut. Lelaki itu kini menjambak rambut gadis di hadapannya, kemudian ia meninju perut mantan kekasihnya itu. Tak berdaya, Siska hanya seorang wanita lemah. Ia hanya bisa berteriak untuk menarik perhatian tetangganya. Tonjokan itu membuat Siska semakin lemah dan terduduk lemas di depan pagar rumahnya.
"HEI!! KAMU!!! APAAN INI!!" teriak seorang wanita paruh baya dari seberang sana. Wanita itu kemudian keluar dari balik pagar rumahnya dan berjalan menghampiri gadis yang terduduk lemas tersebut.
"Lelaki macam apa kamu! Bagaimana bisa kamu memukul wanita yang bahkan bukan istri kamu!"
"Diam kamu! Enggak usah ikut campur urusan kami!"
"Aaaaaaaaaa!!!!" teriak wanita itu. Sesaat setelahnya, terlihat beberapa bapak-bapak yang keluar dari rumah mereka. Tak kalah juga para ibu-ibu yang berbondong-bondong menghampiri mereka.
"Awas lo ya!" ujar lelaki itu, kemudian ia berlari meninggalkan kedua wanita itu.
"Ada apa Buk?" tanya salah satu tetangga. Wanita paruh baya itu menceritakan kejadian yang terjadi. Sementara seorang ibu meminta suaminya untuk bersiap mengantarkan Siska ke rumah sakit. Karena pukulan yang cukup keras melukai bagian perutnya, gadis itu harus di rawat di rumah sakit.
***
Drrtt.. drrttt.. drrtt..
Dengan mata yang masih terpejam Jane meraba meja yang berada di sampingnya. Ia berusaha mencari benda pipih yang terus meraung sejak tadi. Aduh mana sih!
Gadis itu terpaksa membuka matanya, terlihat cahaya yang silau dari layar ponselnya di tengah gelapnya ruangan itu. Segera Jane mengangkat telpon tersebut.
"Hallo,"
"Ya?" ucap Jane sembari melirik jam tangan Daniel Wellington yang melingkar di tangan kirinya. Lima. Ha? Jam lima pagi ada yang nelpon gue? batinnya.
"Maaf, saya tetangganya Siska,"
"Siska?"
"Iya, Siska saat ini sedang berada di rumah sakit, ia meminta saya untuk menghubungi anda,"
"Apa yang terjadi?! Rumah sakit mana?"
"Aduh, ceritanya panjang, kamu segera ke sini saja, lokasinya di rumah sakit Mahkota,"
"Baik"
Cklek!
Jane segera meraih tas dan mantelnya. Sesaat sebelum ia beranjak dari posisinya, ia melihat sesosok lelaki yang tertidur di sofa lainnya. Kevin, batinnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Secretary
General FictionSejak kepergian kakaknya, ia menjadi semakin cengeng. Menyalahkan diri sendiri atas kejadian itu. Hingga suatu hari, ia berubah 360 derajat. Perubahan yang membawa hidupnya menjadi lebih baik. Memiliki hidup yang di impikan bukanlah suatu kebetulan...