Hallo teman-teman :)
Aku update lagi yaa.. semoga chapter ini menghibur teman-teman yaa. Follow dulu yok sebelum di baca, kemudian di vote dan juga di komen ya..
Happy Reading^^
Chapter 12
Jangan terburu-buru mengambil keputusan dari suatu kejadian yang kita lihat -Secretary
"Sekarang kita mau kemana sayang?" Lilis memutar kepalanya ke kiri dan ke kanan, kedua matanya menjajaki toko yang hendak di hampiri. Namun tiba-tiba pandangannya tertuju pada seorang lelaki, eh! Itu, seperti.. Pak Kevin, tapi siapa wanita itu?
"Sayang, itu sepertinya bos ku, kita ke sana yok," Sepasang kekasih itu memasuki salah satu toko yang berjejer di sisi kanannya.
"Malam Pak Kevin," sapa Lilis dengan sedikit menundukkan kepala menunjukkan rasa hormat.
Eh kok, seperti suara... Jane terkejut, ia melototkan kedua matanya dan menatap Kevin tajam setelah mendengar suara gadis yang berdiri di sisi kanan belakangnya.
"Bapak sedang apa? Dengan siapa Bapak ke sini?"
Lilis! Oh my God! batin Jane yang terduduk di hadapan Kevin.
"Oh, saya sedang mencari kado untuk adek saya, dan ini saya bersama.." Kevin menatap gadis di hadapannya, masih dengan tatapan melotot tajam, Jane menggeleng-gelenggkan kepalanya. Berharap lelaki itu tidak menyebut namanya, "dia" dengan jari telunjuk miliknya, Kevin menunjuk gadis yang duduk tepat di hadapannya.
Lilis bergerak selangkah lebih maju untuk melihat wajah gadis di hadapan pimpinannya itu. Dengan cepat Jane menutup wajahnya menggunakan tas hitam yang terletak di atas etalase sedari tadi.
"Ehm.." Lilis kembali menatap Kevin dengan tatapan datar.
"Ehmm, itu, mukanya bisulan jadi dia malu jika dilihat," ucap lelaki itu spontan.
"Bisul di muka, maksudnya?" tanya Lilis binggung seraya menunjuk mukanya.
"Eh!" Jane menendang kaki lelaki di hadapannya, "jerawat, iya, maksud gue mukanya berjerawat, jadi enggak berani kasih orang lihat nanti bisa jijik," jelas Kevin dengan alasan yang semakin tidak masuk akal.
Lilis menatap heran gadis itu, ia merasa akrab dengan tas hitam yang ada di tangan gadis tersebut. Bajunya, sepatunya, loh kok, seperti..
"Jane!" pekik Lilis. Seketika Jane bangkit dari posisinya dan tas hitam itu terjatuh ke atas lantai.
"Tuh kan, gue benar! lo ngapain di sini? Eh, bentar-bentar, gue cerna dulu, lo? di sini? dengan Pak Kevin?"
"Gue bis.."
"What!! Jane ngemall sama Pak Kevin?" dengan suara melengkingnya, teriakan Lilis berhasil membuatnya menjadi pusat perhatian.
"Ih! Enggak usah teriak juga kali! Buat malu aja lo, ah! Gue bisa jelasin, semua enggak seperti yang lo pikirkan!" Jane menggigit bibir bawahnya seraya berpikir, "gue jelasin lain kali saja ya, gue sama Kevin buru-buru, maksud gue, gue dan Pak Kevin sedang buru-buru," jelas Jane terbata. Gadis itu lekas memunggut tasnya dan melepaskan kalung yang tergantung di lehernya.
"Ayok," ajaknya pada Kevin. Lelaki itu lekas mengeluarkan kartu debitnya, membayar kalung yang dikenakan Jane tadi.
"Duluan ya," pamitnya pada sepasang kekasih di hadapannya.
***
"Sial banget! Trus apa tadi? Muka gue bisulan? He! Apan sih! Enggak jelas banget tu orang ngasih alasan. Otaknya dangkal banget, sumpah!" umpat Jane kesal, sesekali menghentak-hentakkan kakinya, "trus apa? Beli kado untuk siapa? Oh! untuk adeknya? Trus ngapain minta gue yang milih? Kok gue merasa diper.." ucapannya terhenti, ketika lelaki yang di umpat sedari tadi muncul di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretary
General FictionSejak kepergian kakaknya, ia menjadi semakin cengeng. Menyalahkan diri sendiri atas kejadian itu. Hingga suatu hari, ia berubah 360 derajat. Perubahan yang membawa hidupnya menjadi lebih baik. Memiliki hidup yang di impikan bukanlah suatu kebetulan...