Hallo manteman <3
Apa kabar semua? semoga kita semua selalu sehat ya :)
Sorry yaa kelamaan updatenya. karena ada beberapa kerjaan yang ahrus diselesaikan dan next mungkin akan lama update lagi nih. walaupun begitu jangan lupa tetap mampir ya dan kasih komen dong, siapa tau aku lebih semangat lagi untuk up nya.
Tak panjang lebar lagi, yok cussssss!!!
Eits!!!! jangan lupa follow dan vote dulu ya sebelum lanjut^^
Happy Reading
Chapter 13
Rasanya seperti kebetulan yang disengaja -Secretary
Ddrrtt..
Jane menoleh ke arah ponselnya, kemudian ia berjalan memasuki kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.
Ddrrt.. ddrrtt..
Ponsel Jane terus begetar sejak setengah jam yang lalu. Masih binggung dengan alasan yang harus ia berikan pada sahabatnya, gadis itu enggan untuk menerima panggilan tersebut. Cklek! Jane mematikan ponselnya dan meninggalkannya di atas meja rias, kini ia beranjak menuju ranjang dan menghepaskan tubuhnya di atas kasur berukuran queen miliknya.
***
"Sayang, ayok bangun, nanti kita telat loh!" Gadis yang terbaring di atas ranjang itu merasa guncangan yang kuat pada kaki kanannya, segera ia membuka kedua matanya. Namun cahaya matahari yang masuk melalui pintu balkon kamarnya membuat matanya tersipit dan tak mampu terbuka lebar, dengan samar ia melihat bayangan seorang wanita sedang membuka gorden pintu balkon tersebut. Masih nyaman dalam posisinya, Jane meraih jam weker berwarna pink yang terletak di atas meja nakas samping ranjang. Sepuluh.
"Ha!" dengan buru-buru gadis itu bangkit dan menuruni ranjang empuknya, kemuadian berlari terpontang-panting menuju kamar mandi. Mampus gue! Lupa stell alarm, batinnya.
"Sayang, sarapannya sudah Nenek siapkan di atas meja ya, Nenek keluar sebentar, setelah Nenek kembali kita berangkat ya," ujar wanita tua yang berdiri di depan pintu kamar mandi.
"Iya Nek, Jane mandi dulu," teriaknya dari dalam kamar mandi.
***
"Hallo,"
"..."
"Baiklah, jika Ibu sudah sampai kabari saya saja,"
"..."
"Baiklah, tidak masalah,"
Cklek!
Ting Tong!
Lelaki itu melirik jam tangan Casio Edifice yang melingkar di tangan kirinya. Tidak biasanya ia kedatangan tamu di jam sepuluh pagi. Ia bangkit dari posisinya dan melangkah menuju pintu depan. Diliriknya sosok yang membunyikan bel apartemennya dari door viewer di hadapannya.
Cklek!
"Ada perlu apa?"
"Ehm, masih ingat dengan saya Nak?"
"I.. ya," lelaki itu terlihat berpikir.
"Permintaan saya tempo hari tolong dibantu ya, saya akan segera pergi dan cucu saya akan tinggal sendiri, mohon bantuannya. Tolong hubungi saya jika terjadi sesuatu padanya. Ini untuk mu nak, semoga suka," wanita itu menyerahkan beberapa kotak bekal kepada lelaki muda di hadapannya.
"Untuk? Sogokkan?," lanjutnya datar.
"Bukan Nak, ini hanya sedikit makanan untuk kamu, anggap saja hadiah pindahan dari tetangga baru, ini, ambillah," Ibu Rita menyodorkan bingkisan itu kepada lelaki di hadapannya. Tidak bisa menolak karena wanita itu sudah menyodorkan bingkisan tersebut tepat di telapak tangannya, lelaki itu menerimanya dengan pasrah. Wanita itu tersenyum, kemudian berjalan kembali menuju apartemen cucunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretary
General FictionSejak kepergian kakaknya, ia menjadi semakin cengeng. Menyalahkan diri sendiri atas kejadian itu. Hingga suatu hari, ia berubah 360 derajat. Perubahan yang membawa hidupnya menjadi lebih baik. Memiliki hidup yang di impikan bukanlah suatu kebetulan...