Hallo, Jane come back!!!!
Jane bilang jangan lupa follow, vote dan komen ya, haha
Happy Reading!!
Chapter 26
Tidak tahu kenapa, rasanya nyaman saja –Secretary
Jane buru-buru membayar belanjaannya, kemudian dengan perasaan takut ia mengambil ponselnya.
Dengan suara bergetar Jane berkata, "Hallo, iya aku hampir sampai di taman, tunggu aku di san-AAAAA!" ucapannya seketika berubah menjadi teriakan.
Jane merasakan ketakutan, badannya bergetar dan terasa lemas. Takut dengan keadaanya saat ini Jane memejamkan kedua matanya, mengepal kuat telapak tangannya dan berdoa dalam hati untuk diselamatkan. Dengan mata terpejam yang dapat ia rasakan saat ini adalah dirinya berada dalam dekapan seseorang dan orang tersebut membungkam mulutnya.
Beberapa saat gadis itu terpejam dan merasa tidak ada tindakan lebih lanjut, dengan berani Jane membuka matanya. Ia mengangkat kepalanya dan menatap wajah orang tersebut. Dalam waktu singkat perasan takutnya terasa lepas ketika yang dilihatnya adalah wajah lelaki yang dikenalnya. Kemudian Jane memeluk lelaki itu dengan erat dan melampiaskan ketakutannya dengan menangis.
Tepat seperti dugaan Victor, lelaki dengan pakaian serba hitam yang dilihatnya tempo hari kembali mengikuti Jane. Menduga hal ini akan terjadi, Victor sengaja menunggu Jane di seberang halte bus dan mengikutinya dari jauh.
"Dia sudah pergi," ucap Victor.
Jane masih dalam posisinya, ia merasa nyaman dan tak ingin melepaskan pelukannya. Tidak memberontak, Victor membiarkan Jane dalam pelukannya sesaat. Ia tahu gadis itu masih dalam ketakutan.
Ketika gadis itu merasa lebih tenang, ia melepaskan pelukan tersebut. "Maaf," ungkapnya. Kemudian berjalan lebih dulu.
Lelaki itu tidak menjawab. Ia hanya mengikuti langkah gadis tersebut dari belakang. Mereka terdiam sepanjang jalan. Hingga sampai di depan apartemen Jane membuka suara.
"Thanks udah nolongin gue," ujar Jane.
"Lain kali lebih hati-hati, jangan pulang terlalu larut," pintanya. Kemudian Victor masuk terlebih dahulu ke dalam apartemennya.
***
Sebagai rasa terima kasih telah menyelamatkannya semalam, pagi ini Jane menyiapkan seporsi spageti untuk sarapan tetangganya itu.
Ting tong!
Gadis tersebut menekan bel pada apartemen Victor. Sebelum pintu itu berhasil dibuka, tiba-tiba seorang wanita yang menggendong anaknya menghampiri Jane.
Astaga! Itu istrinya, matilah gue! Apaan sih gue, sampe ngasih sarapan segala, nanti dikira gue mau rebut suaminya pula, gerutu Jane dalam hati.
"Pagi! Ehm... maaf saya enggak bermaksud apa-apa, ini hanya ucapan terima kasih karena semalam udah nyelamatin saya, itu aja kok. Saya titip ya buat suami Ibu atau untuk ibu juga enggak apa-apa," cerocos Jane sembari tersenyum canggung, kemudian ia langsung berjalan menuju lift dengan cepat.
Lika menatap Jane heran, namun ia mengerti maksud dari gadis itu. Wanita paruh baya itu hanya tersenyum mendengar ucapan Jane tadi.
Lika kemudian mengeluarkan kunci pintu dan membukanya. Di saat yang bersamaan si pemilik apartemen pun kembali.
"Hallo Elsa," sapa Victor, kemudian meraih Elsa ke dalam gendongannya.
"Oh ya Pak, ini dari gadis yang tinggal seberang, katanya untuk ucapan terima kasih udah menyelamatkannya semalam," ujar Ibu Lika sembari memberikan sebuah kotak bekal.
Kotak bekal itu terlihat tidak asing, seketika ia teringat kembali seorang nenek yang juga pernah memberikannya makanan.
Emang Nenek dan cucu sama saja, suka nyogok pakai makanan, batin Victor sembari tersenyum tipis.
"Eh, eh, eh? Angin apa ini? Sejak kapan Bapak bisa tersenyum hanya karena sebuah kotak bekal? Oh... karena kotak bekalnya atau karena pemilik kotak bekalnya?" goda Lika pada majikannya.
"Apaan sih Ibu, sejak kapan saya tersenyum?" ucapnya dingin.
"Jelas saya lihat, bilang aja iya, susah amat sih Pak, kalo suka ya bilang aja, kenapa harus di tutup-tutupi," balas Lika sembari melanjutkan pekerjaan bersih-bersihnya. "Tapi Pak, sepertinya dia salah paham dengan hubungan kita," lanjutnya lagi.
"Salah paham?" tanya Victor memastikan. Kemudian lelaki itu langsung teringat ucapan Jane tempo hari di depan gedung apartemen yang sempat membuatnya binggung. Sebuah senyuman kembali terukir di wajahnya, kali ini terlihat lebih lebar.
"Tuh, tuh kan, bahagia bener Pak mikirin itu gadis," goda Ibu Lika lagi.
"Biasa aja," ucapnya cuek.
"Ehm, ngelak lagi, ngelak lagi, jelas-jelas tadi tersenyum gitu, bilang aja iya, susah amat," gumam Lika sembari berjalan menuju dapur.
"Elsa nanti gedek jangan seperti Ibu kamu ya, suka ngomong enggak jelas," ucap Victor pada Elsa sembari mengelus lembut pucuk kepala balita itu.
***
Beberapa hari sejak kejadian kemarin Jane tidak pernah lagi pulang larut. Namun hari ini gadis itu kembali harus pulang di tengah malam. Waktu sudah hampir jam dua belas malam. Awalnya Jane berencana akan menginap saja di rumah Lilis, tetapi rencananya berubah, karena Lilis akan pergi nonton midnight bersama kekasihnya.
Dengan berat hati Jane harus balik ke apartemennya. Masih trauma dengan kejadian sebelumnya, saat ini Jane juga merasa was-was dengan sekitarnya. Sialnya hal yang ditakutkan kembali terjadi lagi.
Masih sama dengan sebelumnya, ia merasa seseorang mulai mengikutinya sejak ia turun dari bus. Jane berusaha untuk tetap tenang, tetapi rasanya sulit sekali, ketika dirinya semakin panik gadis itu langsung berlari, kali ini Jane tidak singgah ke supermarket. Ia memilih berlari laju dan langsung menuju apartemennya. Keadaan kali ini terasa lebih menegangkan, sosok yang mengikutinya juga ikut berlari.
"Tolong gue! Tolong-tolong!" gumam Jane sembari berlari cepat.
"Cepat buka pintunya! Cepat! Cepat!" doa Jane seraya menekan tombol pada dinding lift berulang kali.
Ting!
Dengan tergesa-gesa Jane masuk dan menekan tombol lantai delapan. Untungnya pintu lift sudah tertutup, sebelum orang tersebut benar-benar berlari ke arah pintu lift.
Ketika sampai di lantai delapan dan pintu lift terbuka, Jane langsung berlari ke apartemen miliknya, dengan tergesa-sega dan gemetaran ia berusaha membuka pintu apartemen miliknya. Karena merasa panik membuat gerakannya menjadi lambat. Sesekali ia melihat pintu lift yang sepertinya akan terbuka sebentar lagi.
Jane semakin panik dan lagi-lagi seseorag menariknya dari belakang. "Aaa!"
Cklek!
"Sst!"
Jane mendongakkan kepalanya ke atas, lagi-lagi wajah yang dilihatnya adalah wajah Victor. Tanpa berpikir panjang, Jane kembali mencari ketenangan di dalam pelukan lelaki itu.
Victor yang menatap gadis itu hanya dapat menepuk lembut bahunya. Sesekali ia melihat ke luar pintunnya melalui door viewer. Ia melihat orang yang sama dengan kemarin. Selain pakaiannya yang serba hitam, Victor mengingat jelas sepatu hitam dengan dua list putih yang dikenakannya.
Sebelum meninggalkan depan apartemen, lelaki itu sempat menatap ke arah pintu apartemen Victor. Sayangnya Victor tidak dapat melihat wajahnya, karena sebagian wajahnya tertutup oleh masker hitam dan kepalanya yang ditutup dengan topi hitam.
"Kenapa pulang malam lagi?" tanyanya. Kali ini Victor terlihat membalas pelukan gadis itu.
Alih-alih menjawab Jane justru bertanya kembali. "Kenapa lo tau gue dalam bahaya?"
---
Wahahaah!!! semoga menghibur, maafkan kalo buanyak typo yaa, hehee
Kasih krisan dong! komen di sini ya,
See you^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Secretary
Fiksi UmumSejak kepergian kakaknya, ia menjadi semakin cengeng. Menyalahkan diri sendiri atas kejadian itu. Hingga suatu hari, ia berubah 360 derajat. Perubahan yang membawa hidupnya menjadi lebih baik. Memiliki hidup yang di impikan bukanlah suatu kebetulan...