Sejak kepergian kakaknya, ia menjadi semakin cengeng. Menyalahkan diri sendiri atas kejadian itu. Hingga suatu hari, ia berubah 360 derajat. Perubahan yang membawa hidupnya menjadi lebih baik. Memiliki hidup yang di impikan bukanlah suatu kebetulan...
apa kabar semua?? semoga semua sehat-sehat yaa.. terutama di masa pandemi ini, semoga Tuhan memberkati kita semua.
Aku lanjut yaa ceritanyaa, jangan lupa di follow dulu ya, trus di vote dan di baca sembari di beri komentar, hehe.. maaf tulisan ku masih jelek, sambilan tulis aku sambilan belajar agar cerita ku lebih menarik. semoga teman-teman yang membaca bisa dukung aku terus yaa.. dipersilahkan kalo mau kasih masukan.. pengen tau juga apa yang teman-teman pikirkan setelah membaca tulisan ku ini..
Kita lanjut yok.. cuss..
Happy Reading guys^^
Chapter 11
Selama kita masih hidup pasti selalu ada sisi kurangnya, yah namanya juga nobody is perfect! -Secretary
Merasa seram dengan tatapan gadis di sebelahnya, Kevin mendorong lembut wajah gadis itu hingga menatap ke jalanan, "biasa aja lihatnya, nanti naksir kalo di tatapi begitu," goda Kevin.
"Ih!" Jane menarik sebelah ujung bibirnya ke atas dan menyandarkan badannya pada sandaran kursi serta menatap keluar jalan dari jendela mobil di sebelah kirinya. Sesaat setelahnya, mobil BMW biru yang ditumpanginya memasuki area parkiran mall. Lelaki itu masih tak bersuara, hingga akhirnya mereka menemukan parkiran di basement mall tersebut.
"Yok,"
"Ngapain sih kita ke sini?"
"Sudah, ikut saja, ngeyel banget sih!"
"Ih!" dengan kesal Jane turun dari mobil tersebut. Jane mengikuti langkah lelaki di depannya. Sementara Kevin berjalan sembari menatap layar ponselnya tanpa menghiraukan gadis di belakangnya. Lantai 3. Hingga memasuki pintu mall, ia menyimpan ponselnya kembali ke dalam saku celana.
Ting!
Pintu lift terbuka, Kevin melangkah keluar dari dalam lift dan di susul oleh Jane.
"Nah! Makanlah sepuasnya," ujar Kevin. Sementara di belakang Jane sudah terkesima dengan pemandangan yang ada di hadapannya.
"Serius lo?" Jane memastikan.
"Ya,"
"Yakin ya, enggak nyesal," Jane berjalan menuju salah satu meja yang terlihat kosong. Segera Jane duduk di meja nomor 52 itu dan seorang waiter berjalan ke arahnya.
"Silahkan Kak, ini buku menunya,"
"Kami pesan menu paling laris di sini!" jawab Jane mantap, tanpa melirik buku menu terlebih dahulu, "lalu tambah, ini, ini dan ini, sudah itu saja," lanjutnya setelah melihat gambar di cover buku menu tersebut.
"Baik Kak, di tunggu pesanannya," Kevin terdiam dan melonggo melihat gadis di hadapannya.
"Yakin lo bisa habis?" tanya Kevin memastikan.
"Yes! Tenang saja,"
"Harus lo habisi ya, awas kalo ada sisa," tegas Kevin.
"Iya ah bawel! Tapi by the way dalam rangka apa lo bawa gue ke sini?" tanya Jane.
"Bayar hutang janji gue ke lo selama ini," jelas Kevin singkat.
Jane mengangguk, "ah.. masih ingat juga, gue kira pura-pura lupa,"Jane terkekeh.
"Enggak dong! Jadi lelaki harus komit," lanjutnya. Sesaat setelahnya, hidangan yang dipesan tiba di hadapan mereka.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.