Part 24 Patah

18K 1.5K 369
                                    

"Kenapa gue bodoh banget ya? Berharap dicintai sama orang yang  sedetikpun nggak pernah lihat gue."

Nesya sekarang ini telah sampai di apartemennya, dia berjalan ke arah kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nesya sekarang ini telah sampai di apartemennya, dia berjalan ke arah kamarnya. Setelah sampai di kamar, Nesya langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Nesya menangis melepaskan sakit hatinya.

"Alva, lo kok jahat banget sama gue hiks... hiks..." Air mata sudah membanjiri wajah Nesya.

Nesya tidak tau harus melakukan apalagi agar Alvaro bisa menyukainya. Cinta bertepuk sebelah tangan itu sangat menyakitkan, Nesya tidak kuat jika terus mencintai Alvaro.

Beberapa menit kemudian.
Arvin baru sampai di apartemen, dia masih memakai seragamnya. Dia kemudian memasuki kamar untuk mengganti pakaian.

Arvin mendengarkan suara seseorang yang menangis. Arvin kemudian mengarahkan pandangannya ke arah sumber suara. Disana dia melihat Nesya terisak dalam tangisnya. Arvin melihat Nesya begitu sedih, dia lalu berjalan ke arah Nesya.

"Lo kenapa?" tanya Arvin.

"Gue nggak apa-apa hiks... hiks...," Nesya mencoba untuk memberhentikan tangisannya.

"Kalau lo nggak apa-apa kenapa lo nangis kayak gini?" tanya Arvin.

"Gue nangis karena selesai ngupas bawang," ucap Nesya berbohong.

"Lo aja nggak pandai megang pisau Sya. Jangan boong sama gue, lo kenapa?"

"Alva jahat Vin,"

"Dia ngapain lo?"

"Alva ngebuang topi yang gue kasih di tong sampah hiks... hiks...," Nesya mencoba mengelap air matanya.

Arvin tidak suka dengan Alvaro, menurutnya Alvaro sudah sangat keterlaluan kepada Nesya. Jika Alvaro tidak suka dengan pemberian Nesya kenapa dia tidak memberikan kembali kepada Nesya atau memberikannya kepada orang lain.

Arvin kemudian mengambil tisu yang ada di atas meja, dia menghapus air mata Nesya.

"Udah berhenti nangisnya, nanti make up lo luntur."

Nesya dengan refleks memukul bahu Arvin.

"Aduh sakit Sya," Arvin merasakan tenaga kuat Nesya memukul bahunya.

"Lo suami nggak ada akhlak, gue nangis bukannya dihibur tapi dinistain mulu."

"Iya, iya, maaf. Lo berhenti dulu nangisnya, gue tadi beliin ice cream rasa coklat buat lo." Arvin mengambil es krim yang dibelinya di atas meja.

Shine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang