"Jika hubungan ini terus berlanjut, aku tak yakin kita bisa sama-sama bahagia." -Nara
...
Hari ini adalah hari paling sial bagi Elang. Selama hampir dua tahun menjadi murid SMA, tidak pernah sekalipun Elang dimarahi guru BK habis-habisan sampai berujung harus membersihkan halaman belakang sekolah. Elang tidak terima, ia tidak bersalah. Teman-temannya itu yang bersalah, tapi karena Elang pulang saat jam istirahat, jadilah ia juga mendapatkan hukuman yang sama.
Elang jadi menyesal sekarang, harusnya kemarin ia tidak perlu sampai lari-lari-an seperti orang gila dan pergi meninggalkan sekolah juga makanannya begitu saja, hanya karena panik dengan keadaan Niko. Iya, Elang tentu menyesal karena tidak sempat menghabiskan makanannya. Harus kalian ketahui bahwa; Elang tidak suka menyisakan makanan, sebab kata mamanya hal itu adalah mubasir.
Sekarang, malah Niko yang beruntung tidak mendapatkan hukuman karena ia masih dirawat di rumah sakit. Lihat saja, Elang pasti akan membalas semua ini.
"Tuhan memang adil," gumam Bagas sambil menyapu rumput yang sudah tercabut, matanya menyorot Elang yang sejak tadi hanya menampilkan wajah ketus sambil mencabut rumput liar dengan kesal.
Agus yang berjongkok di samping Elang hanya bersiul-siul sambil memutar mata hiperbola.
Sementara Gian sedang sibuk memungut sampah di pinggir-pinggir lapangan voli.
"Gue gak salah," bela Elang masih menampilkan wajah kesal. "Harusnya gue gak kena hukuman kayak gini, ini gak adil." tuturnya masih tidak terima.
"Terus lo maunya gimana? Lo juga salah bego, ngapain pulang di jam istirahat?" tanya Bagas tak habis pikir.
"Kalo Gian gak nge-chat gue, pake bilang kepala Niko pecah segala, gak bakal gue pulang."
Dan penjelasan Elang malah dibalas gelak tawa oleh Agus dan Bagas.
"Ya udah sih terima aja, kali-kali lo ngerasain dihukum kayak gini," ujar Agus.
"Ada apa sih? Rame banget," Gian berjalan menghampiri ketiga sahabatnya dengan wajah penasaran karena mendengar gelak tawa membahana Agus dan Bagas.
"Rame mata lo. Ini semua salah lo banteng!" tuduh Elang pada Gian.
"Salah gue?" Gian menunjuk dirinya sendiri dengan wajah polos.
"Harusnya kemarin lo gak perlu chat gue di waktu istirahat."
"Oh ... lo masih belum terima dapat hukuman yang sama kayak kita? Ah, emang bener lo gak punya jiwa solidaritas banget dah." kata Gian sambil melemparkan kaleng bekas minuman ke tong sampah.
Jika hanya mencabut rumput liar, itu tidak ada masalah bagi Elang. Yang jadi masalahnya saat ini adalah; ia tidak terima dibentak-bentak oleh guru BK, pake diceramahi panjang lebar segala lagi. Padahal Elang sudah menjelaskan, tapi pria berkepala plontos itu tetap tak mau mendengarkan penjelasan Elang. Ia tetap menuduh jika Elang juga ikut tawuran, tentu Elang sangat kesal.
"Bacot lo, gak usah ngomong." kata Elang terdengar tajam dan menusuk meski nadanya datar, ia menatap lurus ke arah Gian, dan Gian malah membalas tatapan itu dengan senyuman tanpa dosa.
"Ngapain malah saling tatap-tatapan dah? Kayak orang pacaran aja," kata Bagas dengan wajah bingung.
"Gak usah tatap gue sedalam itu juga dong, Lang. Gue gak mau ya jadi korban jiwa playboy lo selanjutnya." ucap Gian membuat Elang ingin melemparkannya ke tengah laut sekarang juga.
Elang memutar bola mata jengah, ia hanya bisa membuang napas berat, berusaha menahan gejolak emosinya. Sabar, ucap Elang dalam hati. Hari ini ia belum tidur, dan ia tidak mau membuang energinya begitu saja karena marah-marah tidak jelas. Sungguh, hanya bantal yang bisa memahami perasaannya saat ini. Elang butuh tidur! Andai kemarin ia tidak bolos, pasti hari ini ia sedang tidur di pojokan kelas —seperti biasanya— Ah! Semua ini memang salah keempat sahabatnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT A COLD BOY✓
Teen FictionDia Elang Lesmana, manusia mageran yang hobinya rebahan. Elang benci air Elang benci keramaian Elang tidak suka banyak tertawa Hanya ada dua hal yang paling Elang sukai di dunia ini; makan dan tidur. Bagi Elang, dua hal itu adalah kombinasi sempurna...