Epilog

804 108 218
                                        

Epilogaje~

...

"El, bangun dulu yuk," ucap Diah dengan nada lembut membangunkan anak bungsunya —yang tidak pernah punya kegiatan lain di rumah selain tidur.

Elang malah menggulingkan tubuhnya ke kanan, memunggungi ibunya.

Diah mendesah lalu menggeleng-geleng tak habis pikir. "Ada kejutan nih buat kamu, pasti kamu seneng banget," katanya masih berusaha sabar.

Elang tidak ada merespons. Matanya terpejam begitu erat.

"Yakin gak mau bangun juga? Nanti kamu nyesel loh," bujuk Diah.

Sadarlah Elang! Wake up! Ini hari Minggu dan sudah pukul sebelas siang. Buka matamu dan lihatlah indahnya dunia!

"Apa harus disumpal pake kaus kaki Arion ya?" gumam Diah sambil mengetuk-ketuk dagunya.

Ajaib! Hanya dengan mendengar 'kaus kaki Arion' Elang langsung membulatkan matanya.

"Gak usah Ma, El udah bangun kok," ujar Elang dengan suara parau.

Diah langsung tersenyum cerah. "Nah gitu dong, ayo bangun! Lihat ada apa di depan."

"Ada apa?" tanya Elang dengan wajah bingung.

Diah mengatupkan bibirnya dengan gelengan misterius, membuat Elang penasaran dan langsung bangkit.

Saat Elang ingin melangkah keluar, dengan segera Diah menahannya. "Eh! Mandi dulu dong, malu. Masa ketemu 'yang spesial' mukanya kusut gitu, bau lagi," Diah mencium badan Elang sambil menjepit hidungnya. "Kamu dari kemarin sore belum mandi loh," ucap Diah mengingatkan.

"Emang siapa sih? Harus banget mandi? Biarin lah Ma, hemat air." alibi Elang.

"Ih, gak boleh gitu! Alasan kamu terlalu klise, bilang aja kamu emang selalu malas ketemu air. Kamu tuh emang gak ada bedanya tau gak sama Kijang," ujar Diah sambil terkekeh geli.

Elang manyun, tak mau disamakan dengan kucing hitam milik si bawel Arion itu.

Diah malah semakin tertawa melihat ekspresi lucu anaknya. Elang tak mengatakan apapun lagi, ia langsung angkat kaki menuju kamar mandi.

7 menit kemudian

Elang sudah mandi dan mengenakan pakaian baru dari lemarinya. Hanya tujuh menit? Iya, memang secepat itu Elang mandi dan berganti pakaian. Jangan tanya bagaimana ia bisa mandi secepat itu, sudah pasti gigi yang pertama, dan sisanya yang penting tersiram air. Itu sudah cukup. Toh, kulitnya sudah bersih dengan warna kuning langsat, tidak akan ada yang menyadari jika ia jarang mandi. Dan menyoal pakaian, ia terlalu malas memilih baju apa yang harus dipakai. Jadi, ia selalu memakai baju yang ada di lipatan paling atas, atau asal mengambilnya, dan sudah tentu lemari pakaiannya selalu berantakan tak karuan. Membuat Diah selalu pusing, dan Arion ingin muntah setiap melihat kondisi mengenaskan lemari pakaiannya.

Elang melangkah ke depan rumah, di sana ia melihat Arion merangkul Diah. Mereka sedang tersenyum dengan lebar padanya.

"Ada apa sih?" tanya Elang bingung.

Arion mendekat, lalu berdiri di belakang Elang, dan menutup kedua mata adiknya. "Tutup mata dulu ya, pokoknya lo bakal seneng banget deh."

Elang diam saja. Terlalu malas baginya untuk bertanya lebih lanjut, karena pasti pertanyaannya itu akan diabaikan.

Arion membawa Elang ke garasi, sementara Diah mengikuti dibelakang dengan senyuman yang tidak bisa berhenti mengembang.

"Sekarang, boleh buka matanya," perintah Arion.

NOT A COLD BOY✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang