20. Cantik

355 76 84
                                    

"Memandang mu seperti memandang langit mendung. Damai, sejuk, dan menenangkan. Namun sayang, dibalik langit mendung, selalu ada saja petir yang menyambar."

...

"Gi, gue ikut lo ya," kata Elang sambil memasukkan buku dan berbagai alat tulisnya ke dalam tas.

Gian malah menyeringai. "Sori Lang, hari ini gue mau pulang sama Nara, ehe ...."

"Mampus lo El! Ditikung sahabat sendiri ... hahaha!" sambar Niko yang kini sedang tertawa begitu keras.

"Makanya jadi cowok tuh jangan terlalu cuek El, gak enak kan kalo udah kayak gini?" Bagas ikut mengompori. Entah kenapa, Bagas memang hobi sekali membuat suasana semakin panas.

"Emang lo udah jadian sama Nara, Gi?" tanya Agus penasaran.

"Dikit lagi," jawab Gian, lalu kembali mengerlingkan matanya pada Elang. "Kalo gue udah jadian sama Nara, lo jangan marah apalagi nuduh gue yang enggak-enggak ya. Ingat, lo udah bilang kalo lo gak ada rasa lagi sama Nara."

Elang hanya bergumam, malas meladeni. Bukan cemburu, tapi lebih pada tidak peduli.

Jadi, hari ini Elang pulang sama siapa? Agus, Niko, dan Bagas tidak satu arah dengannya. Apa mereka akan bersedia mengantar Elang pulang?

"Ko, lo pulang sendiri kan?"

"Ngapain lo nanya kayak gitu? Mau nebeng? Maaf ya, rumah kita jauh." ucapan Niko terdengar sangat menyebalkan, padahal Elang belum mengutarakan maksudnya.

Elang beralih menatap Agus, dan bahkan sebelum Elang mengeluarkan suara, Agus sudah duluan bicara;

"Gue mau pulang sama gebetan gue El."

Gebetan? Permisi, apa ada cewek yang mau jadi pacar Agus? Ia kan tidak tampan dan hanya punya motor bebek, sudah begitu ia anak kost pula. Elang yakin, gebetan Agus yang sudah kesekian kali ini pasti akan gagal lagi, tapi terserah ia saja lah.

"Bag—"

"Gue mau aja sih nebengin lo, tapi ganti duit bensin yah?" potong Bagas.

Sial. Di mana jiwa solidaritas yang selalu mereka ungkit jika dalam kesusahan itu?

Di saat seperti ini, rasanya Elang sangat merindukan Red Devil nya.

...

"Duluan, Lang!!" teriak Gian sambil melajukan motornya bersama Nara dibelakang yang memeluknya begitu erat.

Elang hanya mengangkat sebelah tangan dengan senyuman yang dipaksakan. Untuk apa coba Nara memeluk Gian segala? Dipikir Elang akan cemburu gitu? Jelas tidak!

Elang masih berdiri di depan kelas. Bersandar pada pilar dengan tangan terlipat di dada.

Di atas sana langit mendung, awan hitam tebal diiringi angin kencang membuat Elang mengurungkan niatnya untuk segera pulang.

Elang sudah bisa menduga, tak lama lagi akan turun hujan. Jadi, ia tak mau terlihat seperti manusia konyol yang berlarian di jalan dengan tubuh basah kuyup, lalu terciprat genangan air. Membayangkannya saja sudah membuat Elang kesal. Akan lebih baik jika ia menunggu hujan reda di sekolah, setidaknya hal itu tidak terlihat begitu menyedihkan.

NOT A COLD BOY✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang