11. Sesal

421 99 80
                                    

Penyesalan paling menyakitkan adalah; saat kau berhasil mengecewakan ibumu.

...

Suasana kelas XI IPS 1 hening, di depan sana Guru Ekonomi sedang duduk dengan tenang mengawasi murid-muridnya yang fokus mengerjakan ulangan harian darinya.

Arumi menggigit jarinya, sesekali pandangannya melirik ke jendela, berharap seseorang yang ditunggunya datang. Ia sangat gelisah karena belum melihat keberadaan Elang, dan ia sangat berharap semoga saja Elang hanya kesiangan dan sebentar lagi datang. Elang jarang sekali absen, rasanya aneh jika ia tidak masuk sekolah.

Sementara itu, di meja barisan belakang;

"Gi, ada chat dari Elang gak?" bisik Niko yang duduk di samping Gian.

Gian hanya mengangkat bahu sedangkan matanya tetap fokus pada tugasnya.

Merasa tidak mendapatkan jawaban, Niko akhirnya beralih menendang kursi Agus yang ada di seberangnya, membuat Agus langsung menoleh ke arahnya. "Naon sih?" tanya Agus pelan, wajahnya terlihat risih. Agus berpikir jika Niko pasti ingin menyontek padanya, karena hari ini tidak ada Elang, itulah sebabnya ia agak terganggu saat kursinya ditendang Niko.

"Si Elang ke mana?" tanya Niko tanpa mengeluarkan suara.

Agus mengernyit tidak mengerti dengan gerakan mulut Niko. Niko berdecak, kemudian melakukan hal yang sama sekali lagi.

"Sia ngomong naon sih?" tanya Agus cukup keras hingga semua murid yang semula fokus mengerjakan tugas masing-masing langsung beralih menatapnya dengan pandangan heran.

(Kamu bicara apa sih)

Agus segera mendekap mulutnya saat menyadari kebodohannya. Namun, sudah terlambat bukan?

Pak Beni —Guru Ekonomi— bangkit dari duduknya, dan melangkah ke meja Agus.

"Mampus!" batin Agus menyesali kebodohannya.

Niko dengan cepat segera menunduk khusyuk pada lembar tugasnya, seolah tidak tahu apa-apa.

"Kamu bicara sama siapa Agus?" tanya Pak Beni dengan kedua tangan berada di belakang punggungnya.

"Hah? Bicara? Bapak salah denger kali, orang dari tadi saya sibuk ngerjain tugas," kilah Agus.

Pak Beni hanya menggeleng heran. "Cepat selesaikan. Waktu kalian sepuluh menit lagi." ucapnya tidak ingin memperpanjang masalah.

Agus membuang napas lega, dan secepat kilat mengerjakan ulangan hariannya dengan jawaban asal-asalan.

🌙

"Nomornya gak aktif," ucap Gian yang sejak tadi mencoba menghubungi nomor Elang—saat Pak Beni sudah meninggalkan kelas.

"Iya, tadi pagi gue nge-P juga masih centang satu," ujar Bagas.

"Ke mana ya?" Agus mengetuk-ketuk ballpoint digenggamannya ke kepala dengan mata menatap langit-langit kelas.

"Apa dia di hukum sama nyokap nya karena ketahuan balapan?" Niko mencoba menebak.

Bagas mendekat, lalu duduk di meja Niko. "Gak mungkin, nyokap nya kan baik banget."

"Terus? Bang Arion gitu?"

Bagas menggaruk dagunya, "kalo Bang Arion ngasih hukuman, Eagle itu pasti bakal ngelawan."

"Iya juga sih, terus kenapa gak masuk? Kan jarang banget tuh cowok absen?" Niko masih bingung memikirkan ke mana Elang sampai tidak masuk sekolah.

NOT A COLD BOY✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang