19. Speechless

340 85 19
                                    

Setelah kepergian Saras, Arion masih belum menyerah untuk mengajak Elang ke luar rumah. Elang terus menolak, tubuhnya seperti menempel dengan kasur, sangat sulit dipisahkan.

Tapi akhirnya, Arion berhasil juga membawa keluar manusia batu itu. Ya, meski di dalam mobil pun, Elang masih memejamkan mata sambil menekuk bibir.

"Ar, gue gak mau ya kalo dibawa ke spa plus-plus itu," kata Elang sambil membuka mata perlahan memandang jalanan dari balik kaca mobil.

"Ya enggaklah! Gue juga masih waras kali. Keperjakaan gue wajib dilindungi. Amit-amit gue pergi ke tempat kayak gitu."

"Kenapa mesti bohong? Saras baik loh, emang lo mau cari cewek yang modelnya kayak gimana?"

Arion terkekeh. "Dek, prioritas gue saat ini bukan cewek. Gaji gue belum gede-gede banget buat gaet cewek. Gue harus makin rajin kerja dulu biar naik jabatan."

"Terus, kalo udah naik?"

"Ya gue bakal seneng, mama sama lo juga bakal seneng kan?"

"Abis itu lo nikah?"

"Lo mau gue cepat nikah?"

Sejujurnya tidak. Elang belum siap jika Arion harus meninggalkan rumah lalu ia yang akan bertugas menjaga mamanya. Ia belum cukup dewasa untuk hal itu, dan ia masih sangat membutuhkan kakaknya. Ya, walaupun kadang sering merasa sebal juga sih karena selalu dijahili.

"Kalo lo emang udah siap, kenapa harus ditunda?"

Gemas, Arion mengacak rambut Elang. "Jangankan nikah, gaet cewek aja gue belum siap. Nikah itu tanggung jawabnya besar, apalagi buat cowok. Emang lo udah siap gitu tinggal berdua sama mama?"

"Emang lo udah punya rumah sendiri sampe harus tinggalin rumah setelah menikah?"

"Nah, itu juga salah satu alasan kenapa gue belum siap nikah, gue belum punya rumah."

"Tapi kalo lo nikah sama Saras, kayaknya tuh cewek gak neko-neko deh, dia pasti mau aja tinggal di rumah kita. Sama mama aja udah akrab banget, kan?"

"Ini si adek mau di tonjok apa gimana sih? Kenapa malah bahas tuh cewek lagi? Please deh, tiap kerja gue ketemu tuh cewek di kantor, masa iya gue harus nikah sama dia? Dih, bosen amat hidup gue." batin Arion.

"Jangan bahas itu lagi. Lo masih kecil, gak pantes ngomong-ngomong nikah."

Elang mendelik tajam, ia tentu tidak terima dibilang masih kecil. Harga dirinya sebagai laki-laki sejati merasa direndahkan.

"Gue udah besar Bandot. Mantan gue udah banyak, cewek yang naksir juga banyak, malah ada tante-tante." jelas Elang dengan angkuh.

"Tapi lo belum bisa menghasilkan uang, SIM aja lo belum punya. Lo itu adik kecil gue Jalu, dan bakal terus kayak gitu."

Sudahlah. Terserah Arion saja. Elang sudah malas untuk meladeninya lagi.

...

"Kenapa ke sini? Ck, gue gak suka tempat ini." keluh Elang saat Arion memarkirkan mobilnya di parkiran mall.

Dia pikir Arion akan membawanya ke tempat fitness. Ah! Kenapa harus ke pusat perbelanjaan ini? Bukan apa-apa, masalahnya ini hari Minggu. Sudah pasti di dalam sana akan ada banyak manusia. Kalo ditempat fitness, setidaknya ada tempat untuk ia numpang tidur.

"Tapi lo suka kan makanan di sini?" tanya Arion sambil membuka sabuk pengamannya.

"Ayo, keluar."

NOT A COLD BOY✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang