7. Kucing

565 140 108
                                    

"Putus lagi?!" pekik Gian tidak percaya.

Elang segera mendekap mulut Gian saat beberapa pengunjung kafe melihat meja mereka dengan tatapan aneh.

"Suara lo bisa dikecilin gak sih?" tanya Elang jengah.

"Sori, gua shock."  balas Gian masih menampilkan wajah terkejut lalu menenggak jus stoberinya.

Elang hanya menampilkan ekspresi malas, dan memilih kembali melahap burgernya.

Sementara itu, Gian kini sibuk mengotak-atik ponselnya. Memberitahukan kabar yang baru saja ia dengar kepada Bagas, Niko, dan Agus.

"Lagi ngapain lo? Serius amat," tanya Elang mengangkat satu alisnya bingung.

"Ngasih tau kabar bahagia ini lah," jawab Gian ringan.

"Apa? Jangan bego, nanti anak-anak yang lain pada tau. Ember banget sih lo!" Elang mencoba merebut ponsel Gian, namun tidak berhasil.

Gian terkekeh geli. "Kenapa? Lo malu? Bukannya udah biasa ya? Hahaha ..."

"Sahabat kampret," gumam Elang merasa menyesal telah menceritakan kabar putusnya dengan Nara.

Gian menghentikan tawanya setelah merasa puas, ia pun memilih melanjutkan obrolannya dengan Elang dan memasukkan ponselnya kembali ke saku celana.

"Serius gue bingung, kok lo biasa aja sih diputusin Nara? Gak nyesel gitu? Atau sedih? Atau, coba minta balikan?"

Elang menyeringai tipis. "Ngapain minta balikan? Ini yang gue mau."

Gian menggeleng sambil berdecak-decak heran. "Nara cakep loh, malah menurut gue dia cewek lo yang paling cakep, beneran lo gak pernah punya rasa sama dia?"

"Kepo banget lo."

"Serius gue nanya bego! Ya kali aja saat gue deketin Nara dan jadian sama dia nanti, lo malah marah sama gue, kan gak lucu."

"Ambil aja, gue gak akan marah kalo emang dia mau sama lo."

"Gue pegang omongan lo." ucap Gian tidak main-main.

"Berarti sekarang lo jomblo lagi dong?"

"Kenapa? Ada yang salah jadi jomblo?"

"Gila!! Gue yakin banget sih, pasti cewek-cewek makin giat deketin lo kalo udah tau status baru lo ini. Kadang gue heran, kenapa mereka bisa demen banget sama lo, ya?" Gian menggaruk tengkuknya bingung.

"Gue kan ganteng." ucap Elang percaya diri.

"Kadang gue pengen siram muka lo pake air comberan kalo udah songong gini," Gian menggertakan giginya gemas.

"Ganteng doang gak akan bisa bikin cewek nyaman. Lo kan gak romantis, gak berduit lagi. Motor lo aja tuh ya, pantesnya ada di tempat rongsok tau gak?" kata Gian menatap miris motor butut Elang yang ia tangkap dari balik jendela kafe, sedang bertengger di samping motor besarnya yang gagah.

Elang tidak bisa menampik jika motornya memang jelek, tapi jangan salah; jelek-jelek begitu juga bisa menghasilkan uang. Buktinya ia selalu menang setiap ikut ajang balapan, itulah sebabnya ia sangat menyayangi motor racing merahnya.

"Kapan lo ganti tuh motor?"

"Berhenti hina motor gue, jangan cuma liat sesuatu dari tampilannya." ceramah Elang, membuat Gian kembali tertawa.

"Kayak dia maksud lo?" tunjuk Gian pada seorang gadis yang sedang duduk sendiri mengerjakan tugas di meja paling pojok.

Ia adalah Arumi, gadis berkacamata itu sejak tadi ada di sana, terhalang satu meja dari meja Elang. Ia bahkan mendengar semua obrolan Elang dan Gian, tapi saat Gian memandangnya, buru-buru ia kembali sok sibuk dengan buku-bukunya.

NOT A COLD BOY✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang