"Gengsi adalah hal yang paling tidak menguntungkan sedunia."
...
Arion memang benar;
Benar-benar telah menjual motor Elang. Tega, iya. Arion harus tega untuk kali ini. Karena jujur, Arion sudah sangat muak dengan sikap keras kepala Elang yang tak mau berhenti balapan meski dia dan ibunya melarang. Bahkan meski mengalami kecelakaan sekalipun, Elang masih teguh pada pendiriannya.
Oleh sebab itu, atas izin dari ibunya, Arion pun akhirnya menjual motor itu saat Elang masih tak sadarkan diri. Sebenarnya harganya bukan lima ratus ribu, lebih mahal dari itu. Arion hanya berbohong perihal harga. Tapi, memang semua uang hasil penjualan juga hadiah yang Elang dapatkan tempo hari itu sudah Arion masukkan ke rekening Elang. Seharusnya, Elang bisa saja membeli motor baru dengan mengambil uang tabungannya. Jika kurang, Arion yang akan menambahkan. Namun, cowok keras kepala itu menolak. Ia tak mau motor baru, ia hanya mau Red Devil nya kembali. Dan hari itu, Arion sangsi atas sikap Elang yang jadi semakin pendiam.
"Lo yakin gak mau dijemput pulangnya? Cuma tunggu lima belas sampe dua puluh menit aja kok, gue pasti dateng."
Elang tidak menjawab, ia meraih tasnya yang tergeletak di kursi belakang, lalu keluar dan membanting pintu mobil Arion dengan begitu keras.
Arion hanya bisa menghembuskan napas berat, kemudian menipiskan bibirnya membentuk garis lurus. Sudahlah, besok-besok juga pasti Elang akan melupakan motor butut itu.
...
Elang masih berjalan dengan ter-pincang-pincang menuju kelasnya, tapi hal itu tidak membuat ketampanannya luntur, sekalipun wajahnya ditekuk sempurna sepagi ini. Elang tetap terlihat menawan!
Dan saat tiba di kelas, kehadirannya pun langsung jadi pusat perhatian. Beberapa gadis di dalam sana mendekatinya, lalu menanyakan bagaimana kabarnya. Elang hanya tersenyum singkat dan bilang bahwa ia baik-baik saja, kemudian duduk di bangkunya.
Arumi yang duduk di belakang hanya bisa memperhatikan Elang dari jarak jauh dengan senyum yang berusaha keras ia sembunyikan. Sungguh, Arumi sangat bahagia ketika melihat Elang. Ya, walaupun masih ada plester di kening sebelah kirinya, dan jalannya agak pincang, tapi Arumi bisa bernapas lega, karena Elang baik-baik saja.
Ingin rasanya Arumi ikut mendekati Elang dan menanyakan kabar cowok itu, tapi ia malu. Arumi sudah yakin seratus persen bahwa ia pasti akan diabaikan. Sienna saja, sang primadona kelas yang kemarin sampai izin demi menjenguknya, ia abaikan. Ledy, cewek cerdas yang punya senyum manis itu juga Elang abaikan. Dan masih banyak cewek-cewek cantik lainnya yang menyapa, tetap Elang abaikan. Lalu, bagaimana dengan dirinya yang tak pernah dianggap keberadaannya itu? Tentu saja akan diabaikan juga. Arumi yakin itu.
Elang kenapa? Ia memang dingin, tapi Arumi tahu betul Elang tidak sedingin ini. Apa ia ada masalah? Haruskah Arumi mencari tahu? Tapi pada siapa?
...
Hari ini Elang semakin menjadi pendiam. Dia bahkan tak makan dan tak mau bicara sepatah katapun meski teman-temannya bertanya. Harinya di sekolah ia habiskan hanya dengan mengerjakan tugas di kelas dan ke perpustakaan saat jam istirahat. Bahkan tadi pagi, ketika ulangan harian Sosiologi —saat keempat sahabatnya ingin menyontek— ia tak ada menoleh sedikitpun, begitu fokus mengerjakan tugasnya —bahkan jadi siswa pertama yang selesai mengerjakannya— tak peduli meski setelahnya mendapatkan ocehan dari keempat sahabatnya.
Elang tidak nafsu makan, tidak niat berbicara, bahkan tidak minat tertidur. Kacau, itulah yang Elang rasakan saat ini.
Saat ini ia sedang berada di halte, menunggu angkutan umum datang. Padahal tadi teman-temannya bertanya ke mana motornya dan mengajaknya pulang bareng, tapi lagi, Elang tidak menghiraukan keberadaan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT A COLD BOY✓
Roman pour AdolescentsDia Elang Lesmana, manusia mageran yang hobinya rebahan. Elang benci air Elang benci keramaian Elang tidak suka banyak tertawa Hanya ada dua hal yang paling Elang sukai di dunia ini; makan dan tidur. Bagi Elang, dua hal itu adalah kombinasi sempurna...