Sekeras apapun berusaha dihentikan, tapi yang namanya mimpi tidak pernah bisa dipaksa berhenti.
...
"Kenapa masih balapan?"
Pertanyaan itu sangat menyakitkan bagi Elang, ia sangat tidak suka mendengarnya.
"Karena balapan adalah hal yang gue sukai." tekan Elang akhirnya bersuara.
Arion tersenyum miring. "Dan lo sama sekali gak mikirin perasaan mama?"
"Justru itu, gue balapan, gue latihan keras biar menang, itu semua buat mama."
Arion kembali menarik sudut bibir kirinya. "Buat mama? Buat mama makin sedih? Itu maksud lo?"
"Gue gak mau debat sama lo." Elang kembali melangkah karena merasa pertengkarannya dengan Arion sangat tidak penting.
"Kalo lo mau buat mama bahagia, harusnya lo berhenti bikin mama kecewa. Apa lo pikir, dengan lo menang dalam kejuaraan kali ini, mama bakal bangga? Nggak sama sekali."
Elang terdiam sesaat mendengar perkataan Arion. Seperti ada pedang tajam yang menghunus dadanya, tapi kemudian ia memilih kembali melangkah memasuki kamarnya, mencoba tidak peduli..
Setelah selesai mandi dan melihat wajahnya sudah lebih segar juga bajunya tidak di penuhi keringat lagi, Elang kembali keluar dari kamarnya dan berniat untuk menemui Diah (ibunya).
Elang mengetuk pintu kamar ibunya dengan hati-hati, takut ia sudah tidur di dalam sana.
"Masuk aja," ucap suara dari dalam.
Sedikit ragu, Elang membuka pintu dan melangkah pelan memasuki kamar ibunya.
"Ma," panggil Elang pada Diah yang sedang duduk di samping kasurnya.
Diah tersenyum lembut menatap wajah tampan putra bungsunya.
Elang semakin mendekat, ia pun memilih duduk di teras dekat ibunya, bersandar pada samping kasur.
Diah kembali tersenyum lalu mengusap rambut Elang yang sedikit basah dengan penuh kasih sayang. Elang mendongak, dan dirinya terkejut saat menyadari mata Diah sembab.
"Mama habis nangis?" tanya Elang dengan wajah khawatir.
Diah tidak menjawab, tapi Elang tahu jawabannya pasti iya. Diah pasti menangis karena ulahnya.
"El tau Mama gak suka liat El balapan, tapi El ngelakuin ini cuma mau bikin Mama bangga," Elang kemudian menyodorkan amplop coklat tebal yang isinya uang sebesar 9,5 ratus ribu pada Diah.
"Ini Ma, buat Mama, dan Mama gak boleh nolak."
Diah menggeleng menolak amplop itu. "Mama gak butuh ini." ucapnya tak mau menerima amplop itu.
"Kalo Mama gak mau terima, berarti Mama gak nge-hargain perjuangan El."
"El minta Mama buat nge-hargain El, sementara El gak nge-hargain Mama? Apa El gak pikirin perasaan Mama?"
"..."
"El bahkan merahasiakan semua ini dari Mama. Apa tujuannya, Nak?"
"..."
"El tau kan Mama paling benci kalo liat anak Mama balapan?"
Elang hanya mengangguk.
"Terus kenapa El masih balapan?"
"Karena balapan adalah hal yang El sukai, dan El gak akan pernah meninggalkan apa yang El sukai, sekalipun gak ada orang yang menyukainya." jelas Elang membuat air mata Diah kembali mengalir.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT A COLD BOY✓
Teen FictionDia Elang Lesmana, manusia mageran yang hobinya rebahan. Elang benci air Elang benci keramaian Elang tidak suka banyak tertawa Hanya ada dua hal yang paling Elang sukai di dunia ini; makan dan tidur. Bagi Elang, dua hal itu adalah kombinasi sempurna...