Bukan sahabat namanya jika tidak pernah membuat malu.
...
"Elang!!! Semangat Bro!! Lo pasti menang!!" teriak Niko dari sisi jalanan.
"Woii!! Yang pake motor merah barisan paling depan itu sahabat gue!!" Bagas ikut berteriak dengan bangga sambil menunjuk-nunjuk Elang yang sudah bersiap melajukan motornya di barisan terdepan.
"Sahabat gue juga!!" Gian ngegas di depan telinga Bagas.
"Sohib aing eta ge!!" Agus ikut-ikutan dengan bahasa asingnya yang tidak Gian, Niko, dan Bagas mengerti.
Bagas mengusap kupingnya karena teriakkan Gian dan Agus yang memekakkan. Ia membalas teriakkan mereka dengan tatapan tajam, dan kembali berteriak histeris menyemangati Elang yang sudah bersiap balapan di sirkuit sana.
Sekarang, Niko dan Agus bahkan sudah menggoyang-goyangkan pagar pembatas saking semangatnya. Ya, Niko sudah sembuh.
Elang mendengar semua teriakkan semangat itu, teriakkan yang saking kencangnya sampai mengalahkan teriakkan dari penonton lain, bahkan suara MC pun kalah oleh teriakkan gila keempat sahabatnya. Dalam hati Elang terus mengumpat karena malu, apalagi saat namanya terus menerus diteriaki. Rasanya Elang ingin masuk ke kantong kangguru saat ini juga saking malunya. Untungnya, ia menggunakan helm full face dan pakaian lengkap balapan, jadi ia bisa menyembunyikan rasa malunya.
Gadis payung masih setia di samping para pembalap, bendera belum dikibarkan, perlombaan akan dimulai tiga menit lagi. Mata Elang fokus menatap ke depan, ia berusaha untuk tidak menghiraukan teriakkan teman-temannya. Tangannya sudah bersiap memacu motornya sekencang mungkin.
Sirkuit bukanlah sesuatu yang asing bagi Elang. Ia sangat mencintai balapan, tapi bukan balapan liar seperti yang Gian sukai. Ia tidak pernah ikut balapan liar, karena menurutnya itu sangat tidak keren dan hanya merugikan diri sendiri. Mimpi Elang adalah menjadi pembalap nasional yang bisa membanggakan negara, bukan meresahkan warga atau mengganggu di jalanan umum.
Rasanya Elang sudah gatal ingin melewati tikungan-tikungan tajam di depan sana, dan melajukan motornya sekencang mungkin mengelilingi sirkuit. Elang yakin sekali hari ini adalah hari keberuntungannya, ia pasti akan memenangkan kejuaraan road race ini.
Teriakan demi teriakkan semakin terdengar saling bersahutan saat bendera telah dikibarkan.
"Semangat El!! Go go go!!" teriak Niko disahuti ketiga sahabatnya yang lain. Mereka masih belum lelah berteriak, tidak peduli meski kerongkongan sangat kering sekarang, yang penting Elang di sana mendengarnya.
Elang memacu motor maticnya, melesat menyaingi kecepatan lawan-lawannya. Ia semakin menggila saat melewati tikungan, motornya melesat bagai angin lalu, menyaingi lawan-lawannya demi menjadi juara —sampai keempat sahabatnya dan juga penonton lain menganga takjub melihat aksi gilanya. Teriakkan semakin riuh, ditambah suara mik dari MC. Motor-motor pembalap lain saling bersisihan, dan Elang melajukan motornya semakin kencang lagi.
Mata Elang sangat fokus, dan laju motornya sangat kencang sampai lawan-lawannya tertinggal jauh di belakang.
Elang tersenyum dari balik helmnya saat motornya semakin mendekati garis finish, ia semakin bahagia saat menyadari lawan-lawannya masih tertinggal jauh di belakang.
Dan sekarang, motor Elang sudah berada di garis finish, ia berhasil menjadi pemenang!
...
"Elang!! Lo emang hebat!" puji Gian saat Elang sudah berada di atas podium, memegang piala kejuaraan sambil menampilkan senyuman terpaksa ke kamera.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT A COLD BOY✓
Подростковая литератураDia Elang Lesmana, manusia mageran yang hobinya rebahan. Elang benci air Elang benci keramaian Elang tidak suka banyak tertawa Hanya ada dua hal yang paling Elang sukai di dunia ini; makan dan tidur. Bagi Elang, dua hal itu adalah kombinasi sempurna...