17. Manis

373 98 70
                                    

Sebenarnya Elang sangat membenci keramaian. Kepalanya selalu mendadak pusing tiap mendengar suara bising klakson, ocehan ibu-ibu, atau tangisan anak-anak.

Namun, karena kasihan melihat Arumi, jadi ia berinisiatif untuk membuat gadis itu senang. Ia juga tak tahu kenapa, yang jelas; Elang ingin melihat Arumi bahagia di hari ulang tahunnya.

"El, gue mau beli gulali, lo mau ikut?" tanya Arumi memecahkan lamunan Elang. Iya, sejak sampai di alun-alun Elang hanya bisa memasang mode diam.

Di keramaian, Elang selalu bingung harus bagaimana dan ke mana.

Karena takut nyasar atau diculik tante-tante yang sejak tadi memperhatikannya dengan tatapan menggoda, akhirnya Elang mengangguk saja.

Mereka sampai di tempat ini dengan berjalan kaki. Meski agak jauh, tapi tak terasa melelahkan karena sepanjang perjalanan diisi oleh obrolan. Curhatan Arumi lebih tepatnya. Ya, Arumi tak tahu punya keberanian dari mana menceritakan beban hidupnya pada Elang. Dan Arumi sangat senang karena ternyata Elang merespons curhatannya dengan baik. Meski tak banyak bicara, tapi Elang adalah pendengar yang baik. Mungkin hal itu yang menjadi alasan kenapa Arumi tak sungkan curhat pada Elang. Mulut Elang tidak ember, Elang pandai menyimpan rahasia.

"Lo mau gak?" tanya Arumi menyodorkan gulali berukuran besar berwarna pink yang baru saja dibelinya pada Elang.

Elang menggeleng, ia tidak begitu suka makanan manis. Alasannya; karena saat kecil Arion pernah menakut-nakutinya jika sering makan makanan manis, nanti giginya bisa berlubang dan mengeluarkan darah seperti vampir. Meski sekarang Elang tahu itu hanya rekaan kakaknya, tapi karena saat kecil ia percaya jadilah sampai sekarang ia tidak begitu suka makanan manis, apalagi permen. Namun hal itu ada untungnya juga, Elang jadi punya gigi yang putih, rapi dan tidak pernah sakit gigi. Andai ia mau ikut audisi iklan pasta gigi, ia pasti akan terpilih karena memiliki gigi yang indah.

"Gue gak terlalu suka makanan manis."

"Dan gulali ini gak suka sama lo, karena lo lebih manis." batin Arumi.

"Kenapa?" tanya Arumi kemudian, mencoba bersikap sewajarnya.

Elang mengangkat bahu, ia lanjut berjalan dan Arumi mengikutinya.

"Gitu deh," jawab Elang enggan bercerita, karena dirasa alasannya sungguh memalukan.

Arumi hanya mengangguk sambil memakan gulali nya.

Kemudian, setelah Arumi menghabiskan gulali nya. Elang mengajaknya makan di warung makan lesehan.

"Karena lo lagi ulang tahun hari ini, biar gue yang bayar semua," ucap Elang membuat Arumi melongo setelah mereka memesan aneka jenis makanan.

"Serius?"

"Iya." balas Elang santai, meski sebenarnya agak waswas karena hanya ada uang seratus ribu di kantong celananya. Itu juga salah satu alasan kenapa Elang lebih memilih berjalan kaki.

Elang memang ganteng, tapi sayang ia kere. Jadi, kalian harus berpikir dua kali untuk menyukainya.

Untungnya Arumi hanya memesan soto ayam dan es teh. Sementara Elang memesan soto ayam, sate ayam, bakso beranak, mie tek-tek, dan untuk minumnya ia memilih air putih saja yang kebetulan gratis meski sebanyak apapun ia meminumnya.

Arumi yang sudah tau porsi makan Elang hanya bisa terkekeh tak habis pikir saat makanan mereka datang.

"Apa setiap hari lo makan sebanyak ini?" tanya Arumi penasaran sambil mengaduk sotonya yang mengeluarkan kepulan asap karena masih panas.

"Gak juga sih," jawab Elang yang kini mulutnya sudah sibuk mengunyah sate ayam.

"Bisa lebih banyak dari ini." lanjutnya membuat Arumi tertawa.

NOT A COLD BOY✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang