12. Sial

390 91 83
                                    

"Please, jangan kasih tau temen-temen gue sekarang," Elang terus memohon pada Arion agar Arion tidak memberitahukan keadaannya saat ini pada keempat sahabatnya.

Sekarang baru jam 10, dan Elang tak mau jika mereka sampai membolos karena pergi menjenguknya. Bukan karena takut keempat sahabatnya itu di hukum, tapi Elang tak mau mereka datang sekarang karena kepalanya masih terasa pusing. Elang butuh istirahat, dan jika keempat sahabatnya datang, sudah bisa dipastikan kepala Elang akan semakin pusing karena keributan yang mereka ciptakan.

Arion mengerutkan keningnya. "Emang kenapa?" tanyanya bingung.

Elang membuang pandangannya dengan sinis. "Mereka berisik. Paling ke sini cuma ganggu gue."

"Dih, senewen banget lo jadi orang. Harusnya seneng dong kalo mereka jenguk lo, itu tandanya mereka peduli sama lo," kata Arion sambil menyalakan ponsel Elang yang sempat mati dan layarnya sedikit retak karena ikut terbentur ke aspal.

"Gue bilang jangan," pinta Elang sekali lagi.

Arion diam saja, sibuk mengotak-atik ponsel adiknya itu.

"Ah! Nyebelin banget sih lo." Elang mencoba meraih ponselnya, tapi karena tangan kirinya kesakitan, ia jadi kesulitan.

Arion malah menjauh, semakin membuat Elang kesal.

"Wow! Playboy cap kucing punya banyak penggemar juga ya, baru sehari gak masuk, udah banyak yang nanyain aja nih," goda Arion sambil menggeser-geser layar ponsel Elang, membaca satu persatu pesan yang masuk memenuhi ponsel itu yang kebanyakan pengirimannya adalah perempuan.

"Gimana nih? Bales gak?"

Elang tidak menjawab, wajahnya ditekuk sempurna.

"Tuh kan, apa gue bilang, ini sohib lo pada khawatir."

Jurus terbaik Elang ketika marah adalah; diam.

Arion tetap melanjutkan aktivitasnya, dan jarinya terhenti saat melihat sebuah pesan yang dikirim oleh seorang gadis yang dari foto profilnya saja terlihat paling cantik menurut Arion, jarinya pun gatal untuk tidak membalas.

"Ini Sienna, pacar baru lo?" tanya Arion sambil mengetik pesan balasan pada Sienna.

Elang langsung melotot. "Bukan. Dia temen sekelas gue!" balasnya cepat.

"Masa? Gak mungkin cuma temen sampe khawatir banget gini. Hebat ya, belum juga sebulan putus dari Nara, udah dapet cewek yang lebih cantik aja," Arion masih belum percaya pada adiknya.

Elang hanya memutar bola mata jengah, malas sekali jika harus meladeni ucapan kakaknya.

"Balikin hp gue."

Akhirnya Arion kembali mendekat. "Tenang, gak ada yang gue bales kok, selain chat dari Sienna."

"Apa! Lo bales apa?" tanya Elang dengan nada meninggi dan mata yang hampir keluar.

Arion menyeringai lebar. "Beb, gue ada di RS Permata. Gue butuh lo sekarang, terus ditambah emoticon love biar lebih manis," katanya dengan nada yang dibuat-buat, dan akhirnya memberikan ponsel itu pada Elang.

Elang melotot tajam, ia membaca pesan yang dikirim Arion dengan wajah tak percaya. Jarinya dengan cepat ingin menghapus pesan itu, tapi sayang, pesan itu telah dibaca oleh Sienna.

Tangan Elang mengepal kuat, rasanya ingin menonjok wajah Arion sekarang juga. Dan saat melihat wajah Elang yang sudah merah padam karena amarah, dengan cepat Arion melesat ke luar dari ruangan itu, menghindari amukan adiknya.

"Arion bangke!" umpat Elang dalam hati, tak habis pikir melihat kelakuan kakaknya yang tak pernah ingat dengan umur itu.

"Eh, ada apa? Kok lari-lari-an kayak gini?" tanya Diah sambil menahan langkah Arion yang sudah berada ambang pintu.

NOT A COLD BOY✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang