23. Sebatas Teman

298 75 24
                                    

"Hidup gue akan baik-baik aja, selama lo ada di dekat gue. Ya, meski kita hanya sebatas teman." -Arumi

...

"Sebentar lagi, karena kita saling mencintai, Mom."

Arumi membeku, sekujur tubuhnya meregang, dadanya seperti diremas, sangat sakit dan sesak.

Tidak.

Tidak mungkin jika Elang juga mencintai Sienna. Ya, Sienna memang cantik, tapi selama ini Elang hanya menganggap Sienna sebagai teman bukan? Tidak ada hubungan spesial di antara mereka.

Beberapa kali Arumi mencoba menyakinkan dirinya jika Elang tidak mencintai Sienna, tapi di luar dugaan, Elang sama sekali tidak protes dengan perkataan gadis itu. Wajahnya bahkan terlihat senang-senang saja. Entah apa yang ada dalam pikiran Elang, Arumi tidak bisa memahaminya.

Harusnya Arumi biasa saja melihat semua ini, bukankah ia sadar diri jika dirinya hanya sebatas teman Elang, yang tidak akan pernah mungkin disukai cowok itu? Bukankah Arumi sendiri yang bilang pada hatinya jika ia tidak mengharapkan perasaannya dibalas? Lalu, kenapa harus sesakit ini saat melihat Elang begitu akrab dengan gadis lain? Apakah perasaan cemburu wajar untuk Arumi miliki?

"Sadar Arumi sadar! Elang gak mungkin suka sama lo. Yang Elang sukai itu jelas cewek yang se-perfect Sienna. Lo gak ada apa-apanya dibanding dia."

Cukup. Arumi tidak tahan lagi, apalagi saat teman-teman Elang saling bersorak agar Elang menyatakan cintanya pada Sienna. Arumi tak sanggup melihat adegan itu, dengan cepat ia berlari pergi meninggalkan tempat itu.

...

"Elang, kamu jangan pulang dulu ya, Ibu mau bicara, Ibu tunggu di ruangan." ucap Bu Hikmah, Guru Bahasa Indonesia yang merupakan wali kelas XI IPS 1.

"Baik, Bu."

Bu Hikmah tersenyum, ia meraih buku tebal dan tas sandang di mejanya, lalu melangkah ke luar.

Satu-persatu para murid pun ke luar meninggalkan kelas. Saat teman-teman Elang berniat ingin menunggu, Elang memerintahkan mereka untuk pulang duluan saja.

Setelah kelas sudah sepi, Elang berjalan menuju ruangan guru, menemui Bu Hikmah.

"Duduk, Lang," perintah Bu Hikmah.

Elang mematuhi, ia duduk berhadapan dengan Bu Hikmah.

"Ada apa ya, Bu?"

Bu Hikmah menarik napas berat, "gini, kamu tahu kan, sudah tiga hari Arumi tidak masuk sekolah, dan ... tidak ada satu orangpun yang tahu dia ke mana, kamu bisa bantu Ibu?"

"Bantu apa, Bu?"

"Tolong kamu datangi rumah dia, ya, cari tahu alasan kenapa dia gak mau masuk sekolah. Ibu sebenarnya ingin menemui dia langsung, tapi akhir-akhir ini banyak sekali pekerjaan yang harus diurus. Bagaimana?"

Elang termenung sesaat. Ia tak mungkin menolak, karena jujur ia juga penasaran ada apa dengan gadis itu. Sebenarnya Elang ingin menghubungi Arumi, tapi ia tak punya nomornya, dan jika mengunjungi rumahnya pun, ia tak tahu alamatnya.

"Saya gak keberatan sih, Bu. Cuma ... saya gak tahu alamat rumahnya," ucap Elang.

"Kalo untuk hal itu kamu gak perlu khawatir, Ibu tau kok alamatnya." kata Bu Hikmah disertai senyuman lega.

NOT A COLD BOY✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang