32. Respect

307 70 75
                                    

"Gimana? Suara gue bagus gak?"

Pertanyaan Elang sukses membuyarkan lamunan Arumi. Arumi terdiam sesaat, tentu suara Elang sangat bagus, tapi Arumi terlalu gengsi untuk memujinya.

"Biasa aja." jawab Arumi setelah terdiam cukup lama.

Elang mendesah kecewa lalu meletakkan gitar di pangkuannya ke lengan sofa.

"Tuh kan, udah gue duga, tapi gak papa deh. Seenggaknya gak terlalu buruk di telinga lo, kan?"

Arumi hanya tersenyum, ia sungguh salah tingkah. Sudah lama tidak bicara seperti ini dengan Elang, dan ternyata sikap Elang belum berubah padanya, masih hangat seperti awal mula perbincangan mereka di tepi jalan itu.

"Kenapa, nyanyi lagu itu?"

"Gak tau, pas aja gitu."

"Pas, maksudnya?"

"Sepertinya liriknya; manusia gak ada yang sempurna. Dan, gue terima lo apa adanya."

Arumi diam, mencoba berhenti mikir ke mana-mana. Mungkin, menerima apa adanya menjadi seorang teman. Iya, Arumi yakin sekali itu maksud Elang.

Elang celingukan seperti mencari sesuatu.

Arumi penasaran bertanya, "nyari apa, El?"

"Greyson sama Elmi pada ke mana? Kangen gue."

"Kangen sama kucing-kucing nya aja? Pemiliknya sih?" tanya Arumi dalam hati.

"Mungkin main di belakang, mau gue cariin?"

Elang memandang Arumi, lalu tersenyum. "Gak perlu. Lo duduk aja di sini."

Lagi, Arumi hanya mengangguk.

Keduanya saling terdiam. Elang kembali meneguk jus apelnya, begitupun Arumi. Suasana di rumah begitu hening, Arumi sampai tak bisa mendengar apapun selain helaan napasnya.

Sungguh, saat ini Elang sedang diam memandanginya, pandangannya sangat dalam dan sulit diterjemahkan.

"Elang kenapa ngeliatin gue terus kayak gitu ya? Apa dia mau ngomong sesuatu? Nembak gue? Gak mungkin! Atau, ada kotoran di mata gue? Duh, semoga aja gak ada deh." batin Arumi gelisah sendiri.

"Kenapa, El?" akhirnya, ia berani kembali bersuara sambil membenarkan kacamatanya.

"Gue mau ngomong, di luar aja yuk," tanpa menunggu persetujuan, Elang bangkit lalu berjalan ke luar.

Arumi hanya bisa mengekor ketika Elang memilih duduk di teras depan rumah, sambil memandangi air mancur mini dan berbagai tanaman hias di halaman rumahnya.

"Mi," panggil Elang. Suaranya terdengar sangat dalam dan bikin deg-deg-an. Arumi terus memanjatkan doa dalam hati semoga Elang tidak mendengar detak jantungnya saat ini.

"A-ada apa?" Arumi beneran sudah mikir ke mana-mana.

"Gue mau lo jujur sama gue."

"Gue mau lo jujur sama gue? Harusnya kan kalo mau nembak, awalnya itu, 'gue mau jujur sama lo'. Apa Elang lagi salting sampe ucapannya kebalik? Ah! Gue kenapa sih??" Nah kan, pikiran Arumi sudah ke mana-mana.

"Tentang?" tanya Arumi kemudian.

Elang belum menjawab, tapi dari ekspresi wajahnya jelas sekali ia menyimpan ribuan kata-kata yang siap dimuntahkan. Namun, semuanya terasa sulit dikeluarkan dan hanya bisa nyangkut sampai tenggorokan.

Arumi tidak mengerti kenapa semua terasa aneh begini. Elang tidak mungkin kan salah bicara, tapi Elang ingin Arumi jujur tentang apa? Bukankah selama ini Arumi selalu mengatakan segala-gala-nya dengan penuh kejujuran pada cowok itu? Kecuali... Masalah perasaan?

NOT A COLD BOY✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang