18. Jalu

350 88 66
                                    

"Hai, Elang, hehehe ...," Elang mendongak, menatap ngeri cengiran Agus.

"Ada apa?" tanya Elang sok tidak tahu.

Padahal sudah jelas, Agus menghampiri mejanya karena ingin menyontek. Elang sudah tau maksud busuk di balik cengengesan iblis itu.

Hari ini Bu Rita, guru Bahasa Inggris tidak datang ke kelas, ia bilang ada saudaranya yang menikah. Dan semalam, ia mengirim pesan pada Elang agar anak-anaknya itu mengumpulkan PR yang ia berikan Minggu lalu di mejanya.

Dan seperti biasa, teman-teman Elang akan lupa mengerjakan tugas. Apalagi setelah tahu Bu Rita tidak datang ke kelas, mereka semakin merasa merdeka.

"Lo udah ngerjain PR Bahasa Inggris, kan?" tanya Agus sok basa-basi.

Anak-anak lain sedang sibuk mengerjakan PR mereka, dan yang sudah mengerjakan sedang sibuk ber-curcol ria.

Elang hanya mengangguk. Karena tak tega melihat wajah melas Agus, ia pun menyerahkan buku tugas Bahasa Inggrisnya pada Agus.

Agus tersenyum lebar menerima buku itu, dengan cepat ia kembali duduk di bangkunya yang terhalang dua meja dari meja Elang, dan segera menyalinnya dengan gerakan tangan yang begitu gesit, tidak peduli meski tulisannya terlihat sangat buruk. Gian, Niko, dan Bagas yang sejak tadi menunggunya, langsung mengerubungi Agus, melakukan hal yang sama.

Sudah pasti, mereka akan mendapatkan nilai yang bagus jika menyontek pada Elang. Ya, walaupun tidak sempurna sih.

Elang bangkit setelah tujuh menit berlalu, ia berjalan mengambil satu-persatu buku tugas Bahasa Inggris teman-temannya. Setelah semua buku terkumpul, dan kini sudah ada di tangannya, ia berjalan ke luar kelas untuk menyimpan buku itu di meja Bu Rita sesuai perintah.

"Elang," panggil Sienna sambil berlari mengejar langkah Elang.

Elang menghentikan langkahnya, berbalik memandang Sienna.

"Gue bantuin yah," tawar gadis itu.

"Gak perlu. Bisa sendiri kok." tolak Elang dengan halus.

Namun, Sienna tetap mengambil setengah buku di tangan Elang.

Sienna tersenyum manis. "Udah, gak papa kok."

Elang hanya pasrah. Ia pun melanjutkan langkahnya menuruni anak tangga, menuju ruangan guru.

"Eum ... lo belum ada niat cari pacar lagi El?" tanya Sienna tiba-tiba.

"Kenapa?"

Tersenyum canggung, Sienna bingung harus menjawab apa.

"Nanya aja sih ... hehehe ..."

Elang memilih tidak acuh, ia lanjut berjalan dengan langkah lebih cepat. Dan langkahnya mendadak terhenti saat seseorang menghalanginya di ujung tangga.

"Hai, El, udah lama ya gak ketemu," sapa Nara sok akrab.

Lama? Satu bulan saja belum. Pikir Elang jengah.

Elang hanya tersenyum kecil. Setelah diputuskan, Elang memang tak pernah tahu kabar apapun lagi tentang Nara. Sebab nomor Nara sudah ia hapus di kontaknya. Bukan apa-apa, ia hanya tak suka saja melihat nama kontak itu, lagipula ia juga tak punya kepentingan lagi untuk menyimpan nomor Nara. Yasudah, ia hapus saja, daripada semakin banyak sampah di kontaknya. Ia bahkan tak pernah peduli meski beberapa kali Nara pernah mengiriminya pesan atau mencoba menghubungi. Baginya, mantan adalah hal yang tidak baik untuk diingat.

"Sori, gue buru-buru." kata Elang undur diri, lalu kembali melangkah meninggalkan Nara.

Sienna ikut mengejar Elang, ia bahkan sempat beradu tatapan tajam dengan Nara sebelum pergi.

NOT A COLD BOY✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang