Jangan tanya kenapa update mulu, ini cerita dari kemarin chapternya nggak nambah-nambah, aku aja baru sadar kalau masih chap 11😵 jadi aku post aja semuanya.
Happy reading!
"Ah Bundaa, Azka mau ngumpul bareng Reyhan."
"Ih jangan pulang dulu Azka, ini jagain adik kamu." Sang Bunda menyerahkan seorang anak kecil yang kira-kira berusia tujuh tahun ke dalam gendongan Azka.
"Ezka kan udah gede Bunda, kenapa dimanjain mulu, sih?" Cowok berjaket denim itu bersungut-sungut menerima gendongan adiknya.
"Tunggu sini atau Bunda kurangi uang saku kamu?"
"Eh, jangan!" Dengan cemberut Azka menuruti Bundanya. Setengah hati, ia melangkah menuju kursi tunggu, duduk di sana sembari menggendong Ezka yang tertidur pulas.
"Uang saku dikurangi? Gue ampe jual benda haram gegara kemarin dipotong setengah sama Papa," monolognya.
Dokter dan suster berlalu-lalang di hadapannya, para Ibu hamil juga ikut berseliweran didampangi suami masing-masing. Dimana lagi tempat Azka selain dokter kandungan? Yap, Bundanya memaksanya ikut untuk memeriksa kandungan yang diperkirakan baru dua minggu, katanya. Azka tidak tahu apakah benar Bundanya mengandung lagi atau tidak.
Tiga hari lalu Papanya pergi ke luar negeri, terpaksa-lah ia menuruti segala keinginan Bundanya, terutama mengantar kemana saja, padahal sangat ingin ia bantah. Betapa tidak? Apa gunanya ia berada di sini? Melihat wajah berseri para ibu hamil yang baru keluar ruangan? Tidak. Dia sudah janji dengan Reyhan bertemu di jembatan biasa untuk membicarakan jualannya. Dan sekarang? Bundanya selalu tau cara menggagalkan bisnisnya.
"Ezka, bangun! Lo udah gede." Dia menggoyang-goyangkan kedua bahu adiknya, yang dibalas dengan erangan. "Nyenyak banget dih. Tau diri kalau lo berat, heh!"
"Oi! Ez, Ez! Ez! Ez dundung eaa—apa sih gaje banget, Azka."
Karena anak kecil itu tidak kunjung bangun, Azka menepuk pipinya berulang kali dengan pelan. "Ezka, bangun yuk bangun. Bisa yuk bisa, kuy buka matanya kuy, Ezka, buka matanya. Ezka! Ezka! Bukanya matanya, Ezka!"
Akibat tindakannya yang absurd, banyak pasang mata yang melirik ke arahnya namun Azka tidak peduli. Adiknya itu masih belum terjaga, membuat kesabarannya musnah, tanpa berperasaan ia mencubit paha Ezka erat-erat. Pada saat itu, barulah Ezka terbangun sambil memekik menyuarakan 'Bundaa'.
"Bangun juga lo." Azka meletakkan anak kecil itu ke kursi sebelahnya yang masih terlihat melongo, nyawanya seperti masih mengambang dan belum meloading apa yang terjadi. Dua menit berselang, barulah dia melirik Azka.
"Ih Abaaang!"
"Apa Abang-abang? Jangan panggil gue Abang."
"Iseng banget, sih. Nggak tau apa tadi aku barusan mimpiin cewek cantik?"
Kepalanya yang mungil oleng saat Azka menoyor.
"Cewek cantik? Sadar umur woy."
Keduanya saling terlibat adu mulut. Melihat Ezka seperti melihat Azka versi kecil. Keduanya benar-benar mirip dari segi fisik maupun psikologis.
"Sus, saya udah nunggu sejam yang lalu."
Kening Azka mengerut tatkala tak sengaja mendengar suara yang sangat ia kenali.
"Di taman, kita berdua makan eskrim bareng—" Ucapan Ezka terhenti karena Azka tiba-tiba membekap bibirnya.
"Sebentar lagi ya, Dik. Dokter Ami sedang ada kendala di perjalanan. Kira-kira setengah jam lagi dia akan sampai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears of Hope✓
Fanfiction❝Tentang luka seorang perempuan.❞ Aku bertemu seseorang yang sangat berarti dalam hidupku hanya untuk menyadari pada akhirnya aku harus melepaskannya. [LENGKAP] Warn, 17, bahasa kasar. Ft. Jake Ft. Sunghoon Ft. Jay Highest ranking: #1 in sunghoon...