Empatpuluh🍂

1.3K 349 68
                                    

🍂🍂🍂

Hati yang patah hanyalah rasa sakit yang tumbuh, kemudian diperlukan agar kamu bisa lebih mencintai seseorang ketika hal yang sebenarnya sudah terjadi. —Vita.

🍂🍂🍂


Satya dan Meisya benar-benar terkejut mendengar ucapan yang Bunda lontar saat pintu baru dibuka. Bunda langsung menyapa dan mengatakan yang sesungguhnya.

"Satya, Meisya, akhirnya kalian dateng ke acara pernikahan Azka."

Mereka bahkan masih berdiri di luar pintu, ucapan Bunda yang antusias melihat Satya dan Meisya datang, membuat mereka terkejut setengah mati.

"Bunda pikir kalian marah ke Azka soal masalah ini. Tapi ternyata kalian dateng. Bunda seneng kalau kalian bisa maafin Azka."

Mereka dipersilakan masuk. Meisya langsung memasang raut murka. Dia berjalan masuk ke dalam dan siap menjelaskan semuanya sebelum terlambat. Sedangkan Satya, dia mematung di depan pintu.

Reyhan yang baru pulang dari supermarket melotot melihat Satya berada di depan pintu rumah. Dia turun dari motornya, membuka pagar, dan berlari mendekati Satya. Tanpa aba-aba dia menarik kerah jaket Satya.

"Kenapa? Kenapa lo masih punya muka dateng ke sini setelah nyakitin Virza sebanyak itu?!" Reyhan yang terkenal sering bercanda, kali pertamanya terlihat marah. Itu karena dia melihat sendiri, bagaimana temannya—Azka—mau berkorban hanya untuk ulah bejat teman satunya lagi.

Satya masih terdiam tapi rahangnya mengeras. Tangannya terkepal erat.

"Ngapain lo ke sini, ha?! Jawab!"

Cengkeramannya terlepas saat Satya mengempasnya dengan kasar. Satya balas menatap Reyhan tajam. "Jadi gini? Kalian nusuk gue dari belakang?!"

"Siapa yang nusuk lo dari belakang?! Lo nggak punya otak buat mikir, ha?!"

"Lo berdua!" Kini Satya mencengkeram kerah jaket Reyhan. Dia bahkan tidak peduli dengan Ezka yang berlari memasuki rumah. "Lo dan si sialan itu, kalian nusuk gue dari belakang! Gue yang nggak tau apa-apa! Bahkan si sialan itu, mau ngerebut cewek gue?!"

"Cewek lo? Sadar, bangsat!" Reyhan menunjuknya penuh emosi. "Lo yang ngebuang dia, anjing!" Kepalang emosi, Reyhan menonjok Satya lalu menendangnya.

Reyhan memang terlihat santai dari luar, namun setelah mendengar semua hal yang Vita alami, dia juga sama seperti Azka, merasa tidak tega.

Kayla dan Nova yang sedang berada di taman belakang mencatat hal-hal yang sudah dipersiapkan, mendengar keributan tersebut. Sontak mereka berlari menghampiri pintu depan. Mereka sama-sama kaget melihat sosok Satya yang tanpa malu menunjukkan batang hidungnya.

Kini Reyhan dan Satya sudah berkelahi. Saling adu jotos tanpa mau kalah. Kayla dan Nova ingin ikut campur membabak-beluri Satya, tapi mereka sadar sedang berada di mana.

Tepat setelah itu, Azka muncul dari balik pintu. Menendang keduanya agar terpisah dari perkelahian.

***

Bunda duduk berhadapan dengan mereka, memperhatikan luka yang berada di wajah Azka, Reyhan, dan Satya. Dia tidak bertanya mengapa mereka bertengkar. Karena dia sudah memprediksi bahwa itu berhubungan dengan 'pernikahan' Azka. Pasti mereka kecewa dengan Azka yang melakukan hal itu.

"Bunda, jadi sebenarnya—"

"Jaga ucapan lo." Kayla langsung memotong, tidak membiarkan Meisya berbicara. Sejak tadi Meisya berusaha mengatakan yang sebenarnya tapi selalu ada yang menyela.

Tears of Hope✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang