Duapuluh Delapan🍂

1.8K 413 176
                                    

Cerita ini udah aku tulis ampe banyak chapnya, rencananya biar nggak kerepotan karna harus nulis cerita lain, eh malah tangan kegatelan pengin update terus hilih😌

🍂🍂🍂🍂🍂





Bisik-bisik memasuki gendang telinga Vita pagi ini. Sejak menginjakkan kaki di gerbang sekolah, semua pasang mata tertuju padanya. Vita sudah biasa jadi bahan gosip hangat di sekolah perihal sering didambakan Pak Kepsek, tapi kali ini cara tatapan mereka berbeda.

"Oh jadi ini, cewek yang katanya ngeharumin nama sekolah?"

"Hebat sih, udah pinter, jago ngelakuin itu, ada hasilnya lagi, hahaha."

"Kagum deh sama dia, bisa nyembunyiin kelakuan pake ukuran otak."

Kiranya seperti itu jenis cibiran yang Vita tangkap. Dia masih belum mengerti mengapa sepanjang koridor terus dilirik sinis.

Apa karna drama semalem? gumamnya dalam hati.

Mengabaikan sekitar, Vita terus melangkah menuju kelas. Saat berbelok ke lobi lain, dia menghentikan langkah karena koridor tampak sesak karena dipenuhi para murid, tidak ada jalan kosong untuk lewat, bergerombol saling dorong-mendorong membaca mading.

Vita mengeratkan pegangan di kedua tali ransel, memantapkan tekad lalu berjalan menerjang keramaian itu. Ketika tidak sengaja menyenggol bahu seorang gadis, dia didorong kencang saat manik mereka bertemu.

"Iuwh! Lo apa-apaan sih nyentuh gue?!" Sosok gadis itu berteriak lantang, memasang raut jijik sambil mengusap bahunya menggunakan sapu tangan.

Setelah tindakan tersebut, kerumunan para murid perlahan mundur ke belakang, menyisakan ruang antara mereka dengan Vita.

"Cewek menjijikkan! Jauh-jauh dari gue!" Sang gadis tadi menangis lalu berlari pergi. Tatapan sinis menyerbu Vita yang kebingungan. Dia menatap satu-persatu orang di sekeliling.

"Nggak nyangka banget, orang kayak dia nggak lebih dari cewek pere."

"Udah gitu masih bisa dateng ke sekolah lagi. Ewh, udah putus kali ya tuh urat malu?"

"Gue pikir Vita definisi dari malaikat. Bener kata quote, jangan nilai seseorang dari sampul doang. Se-real ini ternyata, ckckck."

Bisik-bisik bersahutan. Vita menggeleng tidak mengerti, lantas melanjutkan langkah menuju kelas. Di setiap langkah yang dia ambil, tak hentinya tatapan sinis dan cemoohan dilayangkan.

Baru saja dia melewati mading kecil di sudut lorong, kakinya langsung membatu di pijakan tatkala tak sengaja melihat foto dirinya. Dia menoleh ke kaca mading, berangsur-angsur pias kala membaca sesuatu yang tertempel di dalam.

Tes pemeriksaan kehamilan

Nama : Vita Erla Pratisha
Usia   : 17 tahun
Hasil pemeriksaan : ....

Matanya berkaca-kaca.

Sorakan langsung menggema di koridor sebagai tanda ejekan atas perbuatannya. Disusul cibiran yang mengenai ulu hati.

Vita berkedip beberapa kali, tetesan air mata menitik melalui pelupuknya tanpa diperintah. Dia berusaha mencerna situasi. Bagai tidak nyata baginya, seisi sekolah kini mengetahui rahasianya.

"Vita!" Kayla memanggil, berlari menghampiri dengan pucat. Dia mengguncang kedua bahu sahabatnya. "Bilang ke gue, ini nggak bener, kan? Ini cuma ulah iseng dari orang sirik, kan? Bilang Vit! Gue nggak rela lo difitnah sampe segininya! Kalau dia sirik nggak harus nyebarin gosip bodoh yang nggak mungkin lo lakuin!"

Kayla beralih memandang kerumunan. "Siapa yang lakuin? Bilang ke gue! Siapa yang udah nyebarin gosip bodoh ini?! Sampe kapanpun nggak akan gue lepasin! Siapa? Siapa yang ngelakuin?!"

Tears of Hope✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang