Limabelas🍂

1.8K 426 64
                                    

Kayla bingung, melihat betapa rajinnya seorang Vita Erla Pratisha. Semua orang di sekolah sudah tahu seberapa tinggi IQ-nya, tapi tetap saja tak membuat gadis bersurau hitam itu jengah belajar. Ketika Kayla menyuruhnya beristirahat selama seminggu hanya sekadar menghibur diri, maka dia akan berkilah 'pisau nggak akan tajam kalau nggak diasah'. Ya, benar, tapi jika diasah setiap hari, bukannya pisau itu akan berbahaya bagi semua orang?

Setiap harinya yang dilakukan Vita adalah belajar seolah kedua bola matanya tidak akan beralih dari buku. Setiap diajak ke kantin, jawabannya 'nggak enak badan'. Jelas tidak enak badan, asupannya rumus terus, pikir Kayla.

"Udah deh, kasian banget lo ditolak mulu, mending ajak gue." Nova menarik lengan Kayla keluar kelas, membawanya pergi dari hadapan Vita usai ditolak mentah-mentah ke kantin.

"Lo bakal nyesel udah nolak gue, Vit! Lo bakal nyesel!" rungut Kayla dilebay-lebaykan. Kedua sejoli itu akhirnya sudah pergi dari hadapan Vita. Dia melanjutkan kegiatan menulis yaitu membuat rumus baru mengenai materi kesetimbangan benda tegar. Sedari olimpiade kemarin, dia memiliki sebuah permasalahan, ada satu soal yang menurutnya sangat sulit, dia merasa perlu memecahkannya.

"Vit, Kak Azka nyariin lo!"

Teriakan itu berasal dari depan pintu, berhasil mengalihkan perhatian Vita. Helaan napas keluar dari bibirnya. Jika ada yang mengganggu konsentrasinya di tengah belajar, Vita jadi sangat emosional.

Kesal, ia menutup buku, menyimpannya ke dalam laci lalu berjalan menuju pintu. Tampaklah sesosok cowok berseragam rapi dengan atribut lengkap berdiri menyandar di sebelah pintu kelasnya. Ketika Vita mengeluarkan ringisan, dia menoleh sambil tersenyum lebar.

"Gimana penampilan gue?" Dia berdiri tegak.

Vita kembali memperhatikan penampilannya. Penampilan yang mencolok hingga mencuri perhatian siswa-siswi yang lewat dan menjadikan bahan perbincangan satu sekolah.

Kak Azka si cowok berandalan incaran Pak Kepsek udah tobat.

Kiranya seperti itu topik hangat hari ini di SMA Perkasa.

Rambut yang semula acak-acakan berwarna cokelat kemerahan kini berubah menjadi hitam pekat dan ditata rapi. Seragam yang biasanya dikeluarkan kini dimasukkan ke dalam celana dengan memakai tali pinggang. Dasi terjuntai rapi di kerah seragamnya disertai atribut lengkap berupa bendera merah putih, nametag di dada kiri serta simbol sekolah di lengan kanan. Celana abu-abu yang tadinya lusuh serta berobekan sekarang tampak baru. Sepatu branded berwarna merah maroon berubah menjadi sepatu hitam polos. Kedua lengan yang biasanya diisi gelang-gelang karet sekarang hanya tersisa jam tangan. Perubahan luar biasa yang mencengangkan seantero sekolah.

"Vit." Dia menjentikkan jari berulang-kali, menyadarkan Vita dari bengongan. "Gimana penampilan gue? Keren, nggak?"

"Hng? B-bagus." Rasanya Vita seperti bermimpi, melihat cowok super nakal macam Azka bisa berubah seratus delapan puluh derajat begini.

"Lo suka, apa nggak?"

"Iya, suka."

"Suka penampilannya apa orangnya?"

Tersadar dia tengah menggoda, Vita pun terperangah dan memalingkan wajah. "Kenapa manggil aku?"

"Eum...." Dia merogoh saku celana. "Gue... mau ngasih lo ini," sodornya.

Yoghurt?

Susu yang dibuat melalui fermentasi bakteri itu dijulurkan padanya. Menciptakan kerutan di dahinya.

"Buat apa?"

"Buat lo. Mulai sekarang gue bakal kasih tiga kali sehari."

"Gunanya?"

Tears of Hope✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang