Azka melempar ranselnya ke sembarang tempat lalu menghempaskan tubuh ke sofa ruang tamu. Tangannya bergerak mengusap wajah gusar, kemudian termenung menatap langit-langit rumah. Dia mengeluarkan ponsel, meratapi kontak bernama 'Vita'. Padahal dia sudah berkata untuk membuka blokirannya, tapi sampai sekarang belum dibuka juga.
Kejadian di sekolah tadi masih terngiang dalam benaknya. Tidak hanya hari ini, entah mengapa beberapa hari belakangan pikiran Azka selalu berakhir pada gadis itu. Apakah rasa simpatinya menjadi sebesar itu hingga selalu memikirkan dia?
"Abang!" Ezka mendekat, berlepotan karena menyantap bubur ayam.
"Ih, jangan deket-deket! Bocil kotor!" Dia segera bangkit sambil memeluk bantal sofa.
"Abang lagi jatuh cinta, ya?" Ezka duduk di lantai yang berhadapan dengan Abangnya, menggigiti paha ayam sambil menatap menggunakan mata bulatnya.
"Jatuh cinta apaan? Lo ish." Tanpa hati Azka menoyor kepala adiknya.
"Abisnya aku liatin, Abang sering mandang foto cewek. Terus mukanya murung. Pas pulang gini pun aura galaunya kerasa. Pasti Abang lagi jatuh cinta tapi ditolak. Ngaku?"
"Bocil macem lo tau apa." Dia mengangkat Ezka ke sofa lalu menggelitikinya padahal wajah dan tangan Ezka kotor.
"Ih!" Tawa melengking di ruang tamu, dia bergerak-gerik berusaha menyingkirkan gelitikan. "Abang ngaku aja deh. Siapa cewek yang udah nolak Abang? Bilang, biar aku labrak."
Azka semakin gencar menggelitiki adiknya walau adiknya itu sudah memohon ampun.
"Kalian ini, nggak pernah akur sekali aja." Sang Bunda meletakkan sepiring bolu kukus buatannya.
"Bunda, Bunda tolong!"
"Azka, lepasin adik kamu."
"Bundaaaaaaaa," jeritnya melengking.
"Azka!"
Pada saat itu Azka menghentikan aksi, merebahkan diri ke karpet sambil tertawa-tawa.
"Abang jahat!" Pipi gembulnya berkerut, melempari Abangnya menggunakan bolu.
"Ezka, jangan buang-buang makanan," titah Sang Bunda. Cengiran keluar dari bibir si kecil. "Jangan bertengkar lagi, Bunda mau angkat jemuran."
Keheningan mengambil alih, Ezka kembali melahap bubur sedangkan Azka terdiam menatap langit-langit rumah.
"Tadi lo bilang apa? Jatuh cinta?"
"Hu'um. Abang lagi jatuh cinta."
Jatuh cinta? Tidak mungkin. Azka sekadar tertarik, berniat menggodanya seperti gadis lain, kemudian meninggalkan setelah bosan. Tetapi, entah mengapa sekarang dia ingin menjadi seseorang yang selalu ada di sampingnya.
"Siapa ceweknya, Bang? Kak Meisya?"
"Bukan." Tangan Azka terjulur mengambil sepotong bolu, melahap lambat. "Tapi menurut gue, ini cuma rasa simpati."
"Simpati? Cewek itu miskin?"
"Ck." Tatapan tajam dilayangkan.
"Ya terus kenapa Abang simpati? Di FTV yang biasa aku tonton, awal mula cowok ngerasa simpati sama cewek karena miskin, tapi berujung cinta karena sering ketemu."
"Kebanyakan nonton FTV, bocil!"
"Terus apa lagi?"
Helaan napas terdengar. Ada jeda, sampai dia menjawab. "Gue cuma kasian sama keadaannya. Yang ngelakuin itu ke dia, temen gue. Gue ngerasa perlu tanggung jawab juga."
"BangRey? BangSat?" Ezka memiringkan kepala ke samping.
Azka memilih tidak menjawab, lebih baik dia tidak mengotori otak suci adiknya. Lima menit saling terdiam, Bunda mereka kembali datang ke ruang tamu.
![](https://img.wattpad.com/cover/237882475-288-k390465.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears of Hope✓
Fanfiction❝Tentang luka seorang perempuan.❞ Aku bertemu seseorang yang sangat berarti dalam hidupku hanya untuk menyadari pada akhirnya aku harus melepaskannya. [LENGKAP] Warn, 17, bahasa kasar. Ft. Jake Ft. Sunghoon Ft. Jay Highest ranking: #1 in sunghoon...