°kutelusuri taman bunga milikku. Tawa, senyum, harum, bebas, terbang, matahari. Semuanya milikku. Seperti pelangi yang membutuhkan warna. Seperti itulah hidupku bersamamu.°--.
.
.
Seminggu berturut-turut kelas terbebas dari jam pelajaran. Murid berkelana melakukan sepuasnya, mulai dari anak perempuan berdandan, memakai seragam ketat, mencari kesempatan berpacaran, dan sebagainya. Sedangkan anak cowok bermain game, bernyanyi di kelas sambil memukul meja, dan menggodai perempuan. Itu yang biasa dilakukan anak-anak nakal tingkat bawah. Yang sudah tingkat atas, yaitu membolos, merokok di roaftop, membully, memalak duit, dan berbagai hal yang tak pantas dilakukan anak remaja SMA.Tapi karena itu juga para pedagang di kantin panen, setiap jam, menit, detik, meja kantin tidak pernah kosong, terus penuh. Semua makanan juga berhabisan, tidak pernah bersisa, ucapan syukur kerap mereka sebut karena dagangan laris manis.
Namun, di balik kesenangan itu semua, terdapat rasa letih dan juga lengah dari para anggota kepengurusan diakibatkan keruwetan mengatasi berbagai hal. Terus terang banyak sekali hal yang perlu dipersiapkan untuk acara pensi, tapi untungnya anggota osis berinisiatif membantu, sehingga beban tidak terlalu memberatkan dan tidak ditanggung di pundak mereka saja.
"Vit! Angkatin yang itu ke sini, dong!" pinta salah satu anggota. Vita segera mengangkat properti lumayan berat di ujung aula. Baru dua langkah, barang tersebut direbut tanpa ijin.
"Awas aja kalau ada yang nyuruh Vita angkat barang lagi!" Azka berteriak nyaring, mencuri semua perhatian di keramaian aula. Dibalas dengan decakan karena berpikir Azka tengah dilanda mabuk asmara sehingga tidak ingin gadisnya mengangkat sesuatu yang berat.
Vita menggeram, tidak bisa dibiarkan. Sejak pagi tidak hentinya cowok itu menghantuinya seolah menjadi bayangan yang terus mengikutinya. Dia menyusul Azka yang sudah mengantar barang tadi ke orang yang memerintah.
"Kamu ada masalah apa, sih?!" Akhirnya setelah dua hari menahan bicara, Vita mengeluarkan suara hati saking membuncah.
"Lo sendiri ada masalah apa? Udah tau sakit, malah sekolah."
"Aku nggak sakit!"
"Terus?"
"Kamu nggak berhak berlaku semena-mena. Udah terlalu banyak aku larang kamu jangan deketin aku, apa masih belum cukup?"
"Anggap aja gue planet pluto. Ada tapi nggak ada."
"Gimana caranya, sementara kamu terus gangguin aku!"
"Ada caranya." Senyum Azka mengembang, melambaikan tangan menyuruh Vita mendekat, hanya direspons dengan wajah datar oleh Vita.
Azka mulai berbisik meski dari jarak cukup jauh. "Lo jadi pacar gue."
"Jangan sembarangan!" Dia menjauh.
"Nggak sembarangan. Kalau kita pacaran, gue nggak bakal gangguin lo tapi ngapelin lo."
"Jangan ngomong hal bodoh."
"Itu nggak bodoh. Yang bodoh gue karena mencintai lo terlalu dalam."
Wajah Vita memerah padam. Bukan karena tersipu melainkan tersulut emosi. "Lebih baik kamu diem sebelum aku aduin ke ketua osis?"
Dia tersenyum simpul.
Nggak jelas, batin Vita, berusaha meredam api kemarahan. Dan melanjut kegiatan menyiapkan properti seperti membuat matahari dari kertas. Lagi dan lagi Azka mengekor, dia juga ikut-ikutan membuat properti yaitu rumput.
"Cintaku~ tak pernah memandang siapa kamu~"
Vita bergedik emosi ketika cowok itu dengan sengaja bernyanyi tepat di dekatnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/237882475-288-k390465.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears of Hope✓
Fanfic❝Tentang luka seorang perempuan.❞ Aku bertemu seseorang yang sangat berarti dalam hidupku hanya untuk menyadari pada akhirnya aku harus melepaskannya. [LENGKAP] Warn, 17, bahasa kasar. Ft. Jake Ft. Sunghoon Ft. Jay Highest ranking: #1 in sunghoon...