Tigabelas🍂

1.7K 392 73
                                    

"Lo dari mana aja, Vita? Huaa."

Baru menginjakkan kaki ke dalam kelas, sambutan dan juga pelukan langsung ia terima dari Kayla dan Nova. Mereka memeluk erat kemudian mencubiti pipi Vita.

"Tau nggak hot news apa yang muncul di permukaan pas lo nggak dateng?" pekik Nova berlebihan.

Vita melanjutkan langkah menuju mejanya, mendudukkan bokong di kursi sambil meletakkan ransel ke dalam laci.

"Ih lo kayak nggak minat gitu dengernya!" sebal gadis berambut pendek itu.

"Minat kok. Hot news apa yang kalian maksud?"

"Sebelum kasih tau yang darurat, kasih tau yang utama dulu." Mereka berbisik-bisik, walau Vita masih dapat mendengar. Semenit berbisik, keduanya kembali memandang Vita. Kayla mendekat sembari menjentikkan jari.

"Kenal Ricky?"

Nama yang sangat asing. Jelas Vita tidak mengenal. Agar tidak memperumit masalah, pura-pura kenal saja, ia pun mengangguk.

"Semalem dia kepergok nyuri uang koperasi OMAYGAT!"

"Bener! Anak-anak nggak nyangka sih termasuk gue, adik kelas secuek Ricky bisa ngelakuin hal serendah itu!" timpal Nova.

"Dan—lo tau apa selanjutnya? Dia nggak ngaku sama kesalahannya sendiri, helow! Nggak abis pikir, deh."

Seharusnya itu bukan menjadi urusan mereka. Lagipula, jika adik kelas bernama Ricky itu melakukan kesalahan, entah disengaja atau tidak, pasti ada alasannya.

"Bu Maira ampe bingung ngadapin tuh bocah. Disuruh bawa ortu jumpain Kepsek, malah bawa pacar. Hadeh, heran."

Kayla dan Nova serempak kocar-kacir memberitakan sesuatu yang bahkan tidak Vita simak. Semua perkataan mereka bagai angin lalu, yang ada dalam benak Vita sekarang hanya bagaimana cara bertemu Satya nanti untuk memberikan kembali buku-buku tugasnya. Semalaman Vita bergadang untuk mengerjakan tugas tersebut. Berandalkan secangkir teh hangat, Vita dapat bertahan sampai pukul satu malam.

"Vit! Lo dengerin kita nggak, sih?"

"Dengerin kok."

Bohong. Ia bahkan tidak tahu topik apa yang mereka perbincangkan setelah membahas kejadian adik kelas bernama Ricky.

"Dan, ini dia berita daruratnya! Dijamin lo bakal uring-uringan tiap detik."

Kayla memijati kedua bahu Vita, merilekskan otot-otot bahu temannya itu.

"Berita darurat apa?"

Mereka berdua saling memandang dengan raut serius, sedikit merancap rasa penasaran Vita.

"Berita darurat apa?" ulangnya.

"Lo tau?" Kayla kembali memijati kedua bahu Vita. "Semalem...." Perlu beberapa detik jeda mengisi, hingga suara kikikan dari mereka berkumandang. Sudah bisa ditebak bahwa tidak ada yang bisa mereka lakukan selain bercanda. Vita menepis kedua lengan Kayla lalu memilih membuka buku fisika.

"Vit, lo tau?" Mereka beralih duduk di hadapannya. "Semalem, gue dapet bakso-telur paling gede di warung Kang Ujang! Pokoknya seneng banget deh, tapi sayangnya ... bagi dua sama Nova. Elo sih nggak dateng, harusnya bagi dua sama elo, gue setengah males sih bagi makanan ke Nova."

"Ih Kumaha? Tega pisan lo."

"Ora peduli. Lo juga pelit tuh."

Keduanya berdebat kembali. Sungguh cobaan bagi Vita. Akur, bertengkar, akur, bertengkar, begitu seterusnya siklus pertemanan mereka.

"Vit, lo dipanggil Kak Azka!"

Napas Vita tertahan ketika Ecy berteriak dari depan pintu.

"Apa?! Ada hubungan apa lo sama Kak Azka?" sahut Sarah heboh, alhasil semua perhatian yang ada di kelas tertuju padanya.

Tears of Hope✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang