SMA PERKASA, sekolah yang banyak diminati sebagian besar penduduk Jakarta. Para alumni dari dalam maupun luar kota banyak mencalonkan diri untuk bersekolah di sana. Tidak hanya dari segi pengajaran, sekolah tersebut menyediakan berbagai fasilitas, dari AC dan Televisi di setiap kelas, tidak lupa ruang ekskul yang lengkap tanpa kekurangan satu pun. Selain disebabkan oleh ketakjuban sekolah, niat tersembunyi murid perempuan mendaftar sekolah di sana yaitu karena banyak cowok gantengnya. Meski tetap tidak bisa digapai yang penting bisa cuci mata, pikir mereka.
"Satya," panggil Meisya.
"Hm?" Satya yang tengah bermain game di ponsel menyempatkan melirik Meisya singkat sambil tersenyum manis.
"Buku-buku aku dimana? Pr besok belum selesai. Aku mau ngerjain sekarang."
"Kamu nggak usah khawatir."
"Nggak usah khawatir gimana? Dimana kamu sembunyiin?" Meisya mengacak tas Satya tanpa ampun, mengeluarkan seluruh barangnya ke atas lantai.
"Aku punya mesin nyetak pr, aman kok."
"Mesin...?" Alis Meisya tertekuk. "Maksud kamu?"
"Udah nggak perlu dipikirin." Satya mengusap pipi Meisya di sela bermain game.
"Geli." Ia menepis lengan Satya. Sang empu tangan malah tertawa. Meisya mendekati Satya lalu memeluknya penuh mesra, keduanya saling bermanja-manja di dalam kelas.
Tiba-tiba suara grasak-grusuk terdengar, berasal dari Azka dan Reyhan yang sibuk masuk ke dalam kelas dari jendela. Keduanya melempar tas ke meja masing-masing, saat sudah berhasil masuk dan mendudukkan bokong di kursi, pada saat itu mereka dapat menghembuskan napas lega sambil mengusap peluh keringat.
"Anjir, hampir kan."
"Lo sih, bawa kondom ke sekolah."
"Eh mulut lo!" Azka menendang kursi di depannya ke arah Reyhan. "Jangan gede-gede anying, kalau guru lewat terus denger gimana?!"
"Emang gue pikirin." Reyhan menggedikkan bahu, membuka tas, mengambil botol berisi air mineral lalu meneguk perlahan.
Azka kembali menghembuskan napas lega, punggungnya menyandar ke kursi. "Untung Pak Melki belum dateng." Ia merebut botol minum Reyhan, meneguk sisanya sampai habis.
Reyhan ingin menabok Azka karena sudah menghabiskan minumnya seenak jidat, namun perhatiannya malah teralih oleh sebuah burger ayam keju yang menganggur di atas meja Satya, seperti terhipnotis ia bangkit dan mengambilnya tanpa ijin.
"Eh, punya cewek gue!" Satya menggeram.
"Ya biarin Reyhan yang makan, aku juga lagi diet," tengah Meisya. Hal yang membuat Reyhan memeletkan lidah pada Satya, cowok terbodo-amat itu lekas membuka bungkus burger lalu melahap habis dalam dua gigitan.
Dengusan Satya keluar, dibanding marah ia justru memfokuskan pandangan pada Meisya. "Kenapa diet?"
"Aku gendutan, Sat."
"Kamu nggak gendut, Sya. Plis jangan bikin kesehatan kamu makin memburuk."
"Enggak, kamu percaya deh. Ini cuma lima hari doang."
"Lima hari kamu bilang? Nanti kamu sakit lagi, loh." Satya memasang wajah khawatir, mengusap pipi Meisya lembut.
Tawa Meisya tampak renyah. "Pokoknya aku tetep mau diet. Kalau kamu ngelarang, itu artinya kamu nggak mau liat aku bahagia."
"Eh ada pr?" potong Azka, terlalu malas menyaksikan perdebatan. Ia juga melihat teman sekelasnya sibuk menulis.
"Ada," jawab Satya. Sepertinya kali ini ia menuruti permintaan gadisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears of Hope✓
Fanfic❝Tentang luka seorang perempuan.❞ Aku bertemu seseorang yang sangat berarti dalam hidupku hanya untuk menyadari pada akhirnya aku harus melepaskannya. [LENGKAP] Warn, 17, bahasa kasar. Ft. Jake Ft. Sunghoon Ft. Jay Highest ranking: #1 in sunghoon...