[29] Jiyeon Hate Jimin

1.1K 124 17
                                    


             Jimin berjalan menghampiri kamar hotelnya dengan langkah kaki yang gontai. Bayangan-bayangan diri Jiyeon yang tengah berlari lari mengelilingi isi kamarnya kini tengah berputar di otak Jimin. Jimin tersenyum getir membayangkan hal itu, mau bagaimana pun Jimin merindukan anaknya.

           Ia berjalan menghampiri lemari yang berisi baju bajunya selama di Indonesia, Jimin mengambil seluruh pakaiannya. Ia memutuskan untuk menyerah.

          Lagian Kaka, wanita itu sudah terlanjur membenci Jimin terlalu dalam. Sulit untuk mengembalikan Kaka menjadi diri wanita itu yang dulu, yang perduli akan Jimin, yang senantiasa Jimin bawa kemana mana.

          Ingatan Jimin tentang apa yang mereka lakukan kemarin di kamarnya berputar, ia sesekali tersenyum miris. Mungkinkah ini adalah akhir dari segalanya? Mungkinkah Jimin tidak akan pernah merasakan wanita itu lagi? Adik perempuannya?

          Jimin menitikan air matanya, ia tersungkur diatas permukaan lantai. Jimin menggigit bibir bawahnya sendiri menahan isakannya agar tidak terdengar oleh dirinya sendiri. Dirinya lebih egois dari pada hati nuraninya, bahkan Jimin tidak ingin mendengar kata hati nuraninya yang tengah menjerit sekarang. Selemah itukah dirinya sekarang? Atau mungkin? Ini adalah diri Jimin yang sesungguhnya? Jimin yang lemah, Jimin yang mudah putus asa.

           Di saat dirinya mendapati jalan buntu, Jimin akan menyerah dan tidak akan pernah mencari jalan untuk keluar. Melainkan Jimin akan memendamnya, dan menjadikannya sebagai dendam yang akan ia luapkan suatu saat.

         Tapi sungguh, Jimin tidak tega untuk membalaskan dendamnya lagi kepada Kaka. Pria itu sudah terlanjur jatuh cinta, ia tidak ingin merusak cintanya. Apalagi sang cinta memiliki sesuatu yang berharga untuk masa depannya. Jiyeon. Jiyeon ada di tangan Kaka.

          Jimin terus menitikan air matnya, air mata Jimin berhenti berlinang tatkala ia mendengar suara bel kamarnya yang terus berbunyi, Jimin pun memutuskan untuk menghapus air matanya dan pergi melangkahkan kakinya menghampiri pintu utama.

"Siapa?"

"Jimin.."

***

          Jiyeon tengah asik membaca buku cerita bersama Jisung. Kaka menitipkan Jiyeon kepada Jisung, ia pergi meninggalkan rumahnya. Kaka memutuskan untuk kembali ke Korea dan menetap di sana untuk beberapa hari. Jadi, ia pun membeli beberapa oleh oleh khas Indonesia malam ini untuk orang orang terdekatnya di Korea.

         Kaka sudah tidak takut lagi akan Jimin, lagian Jimin sudah mengetahui keberadaannya. Dan lagi, untuk apa ia takut? Kaka yakin Jimin pasti akan melepaskannya dan tidak akan mengganggu dirinya lagi.

"Kaka!" Kaka menolehkan kepalanya tatkala seseorang menyerukan namanya. Atensinya pun segera mencari keberadaan orang tersebut.

         Terlihat seorang lelaki tampan berkacamata, dan yang pastinya tinggi, sangat tinggi, melebihi tinggi Jimin tengah melambaikan lengannya kepada Kaka. Namun, dirinya merasa tidak asing lagi dengan pria itu.

           Sang lelaki menghampiri Kaka, ia tersenyum sesaat sebelum mengulurkan tangannya untuk saling berjabat tangan dengan Kaka. "Kau teman Jimin bukan?" Kaka bertanya, ia membuka masker yang ia gunakan agar bisa berbicara dengan jelas.

Sang lelaki menganggukan kepalanya, "Aku teman Jimin. Namaku Kim Namjoon."

          Sudah ia duga, ini adalah teman Jimin. Kaka menganggukan kepalanya. Kaka yakin ada suatu hal yang tidak beres disini, tidak mungkin Namjoon menghampirinya hanya sekedar untuk saling menyapa. Pasti Namjoon memiliki alasan lain untuk itu, terbilang sang pemimpinnya sempat mengincar Kaka beberpa tahun yang lalu. "Ada apa tuan  Kim?"

YOUR GRUDGE YOUR FAULTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang