[35] Risa come to Kaka

1K 104 7
                                    

             Jiyeon meninggalkan Lia sendirian di kamar mandi umum, ia berlari meninggalkan gadis kecil itu hanya demi misinya. "Membuat Kaka sayang kepadanya."

           Jiyeon berlari mencari cari Kaka dan Jimin(adiknya) di taman pinggir sekolah, ia berlari tertatih tatih mencari 2 makhluk itu hingga atensinya mendapati Kaka tengah bermain engkle bersama Jimin.

            Jiyeon menatap mereka beberapa detik dari jarak jauh seraya berfikir. "Aku harus pura pura nangis," Ujar Jiyeon pada dirinya sendiri.

           Jiyeon mengambil air minumnya dan sedikit mengambil beberapa tetesan air lalu meneteskannya di kedua buah bola matanya. "Kau bisa Jiyeon!" Jiyeon menyemangati dirinya sendiri sebelum ia berjalan menghampiri Kaka dengan suara tangisan dan air mata palsunya. "Hikd, Daddy jahat! Hiks."

         Kaka mengalihkan atensinya kearah Jiyeon yang tengah berjalan menghampirinya dan duduk disalah satu kursi disana. Uhh—Kaka benar benar merasa kasian kepada anaknya yang satu ini. Jiyeon hilang ingatan diusia dini dan sudah 4 tahun ini Jiyeon tidak bertemu dengannya. Dan lihat sekarang? Jiyeon menangis dengan menyebut embel embelan nama Daddy yang pastinya adalah Jimin?! Uh—ingin rasanya Kaka mencekik Jimin sekarang juga karena telah membuat anak sulungnya menangis.

         Kaka lebih mengabaikan Jiyeon, bukan bermaksud jahat atau kejam. Hanya saja ini demi keselamatan dirinya dan anak lelaki semata wayangnya.  Namun, atensinya kembali teralihkan kepada Jiyeon yang terdengar menangis semakin kencang mengundang beberapa pasang mata kearahnya. Kaka sebagai seorang ibu merasa tidak tega mendengar Jiyeon menangis. Uh—gadis kecil itu pandai sekali berekting, alhasil ia menggendong Jimin(anaknya) dan membawa anak balita itu mendekat kearah Jiyeon.

"Eu.. J—," 'Sial!' Kaka menutup matanya rapat rapat, ia hampir saja menyebut Jiyeon dengan nama anak itu. "Ehm, kau kenapa menangis?" Tangan Kaka pun terulur mengusap pucuk kepala Jiyeon. Kaka mengulas sedikit senyuman, akhirnya ia bisa mengelus pucuk kepala anaknya kembali setelah 4 tahun berlalu. Rambut Jiyeon masih sama seperti dulu, rambutnya hitam dan tebal.

"Daddy meninggalkan ku tante, di-dia bilang dia sibuk, dan k-katanya Daddy malas kalau mengurus Jiyeon." Kaka tertegun. Jadi, selama ini Jiyeon mendapat didikan tidak baik dari Jimin? Sialan! Seharusnya Kaka tidak memberikan Jiyeon begitu saja kepada Jimin.

          Jiyeon kembali menangis dengan sangat kencang. Kaka pun dengan rasa bersalahnya karena telah memberikan Jiyeon kepada Jimin segera merengkuh anak gadis itu kedalam pelukannya. "Ash.. Kamu gk boleh menangis, kamu harus jadi gadis yang kuat, tangguh, tidak murah menangis! Mungkin saja Daddy mu sedang pusing karena banyak pekerjaan, jadi dia bersikap begitu kepada Jiyeon. Nah, yang harus dilakukan oleh Jiyeon adalah menjadi anak yang rajin, tidak manja ya?" Kaka mengulas senyuma diakhir kalimatnya seraya mengusap pucuk kepala Jiyeon sayang.

            Jiyeon menghapus sisa sisa air matanya ia menatap iris Kaka yang nampak tidak asing baginya, "Tante, aku ikut pulang kerumah tante ya?"

***

            Kaka pulang kerumahnya bersama Jiyeon, awalnya ia menolak keinginan Jiyeon. Namun, Jiyeon terus memaksanya. Alhasil dengan rasa iba yang sangat besar Kaka pun membawa gadis kecil itu kerumahnya.

             Jiyeon nampak terkagum melihat desain rumah Kaka yang serba kelasik mulai dari barang barang modern hingga barang barang antik. Udaranya nya juga jauh lebih bersih dari pada di kota. Jiyeon mengedarkan pandangannya keseluruh jalan rumah Kaka, sunyi dan jarang sekali orang melewati rumah Kaka.

           Ah—Jiyeon sepertinya akan sangat betah jika ia tinggal di sini untuk selamanya, berbanding jauh dengan kediamannya bersama sang Daddy. Selalu ada saja tamu yang datang, belum lagi rumahnya selalu didatangi oleh mobil mobil tak dikenal yang sering sekali keluar masuk kedalam halaman rumahnya. Yah, siapa lagi jika bukan rekan kerja Daddy nya?

YOUR GRUDGE YOUR FAULTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang