[31] Will Jiyeon be safe?

1.1K 140 13
                                    

Jiyeon melangkahkan kaki mungilnya menghampiri meja makan dengan wajahnya yang datar tanpa ekspresi.

Namun, Jimin sang ayah yang melihat sang anak mendekat hendak ikut makan malam bersama dengannya dan dengan sedikit perhatian dari sang putri, hati Jimin pun sedikit menghangat. Ini adalah pertama kalinya Jimin makan bersama dengan sang buah hati di satu meja yang sama.

            Ternyata Jiyeon masih memiliki keinginan untuk makan malam bersama ayahnya. Ya, walaupun nampak terlihat sedikit ada rasa tidak ikhlas yang tergambar dari raut wajah Jiyeon. Namun, tetap saja, dengan hal sekecil ini Jimin sungguh merasa sangat bahagia, apalagi jika Kaka ikut makan malam dalam satu meja bersamanya dan Jiyeon. Mungkin, kebahagiaan Jimin benar benar akan membeludak saat itu juga.

"Jiyeon mau makan apa? Nanti ayah siapkan." Jimin mengambil sebuah piring diatas meja, ia juga hendak mengambil lauk pauk untuk Jiyeon. Namun, Jiyeon memberhentikan pergerakan Jimin.

"Aku tidak butuh bantuan ayah, aku bisa mengambilnya sendiri. Ayah bantu saja anak ayah yang manja itu,"

          Jiyeon mengambil piring yang tengah Jimin genggam dengan tangan imutnya, ia mengambil makanan diatas meja sendiri tanpa menimbulkan suara sedikit pun. Ia bahkan tidak memperdulikan Risa yang tengah menatapnya tajam.

           Tatkala Jiyeon hendak memasukan makanan kedalam mulutnya dan memakan makanannya tiba tiba ia teringat sesuatu, hal tersebut pun membuat dirinya menghela nafas. Mau bagaimana pun ia harus bertanya kepada ayahnya tentang ini, "Ayah.."

          Jimin yang di panggil pun segera menolehkan kepalanya kearah Jiyeon dengan tatapan yang berbinar binar. Jimin bersyukur, akhirnya Jiyeon memanggilnya. "Ada apa Ji?"

"Jiyeon mau menelefon Bunda,"

"Jiy~"

"HABISKAN DULU MAKANAN MU BARU MENELEFON IBUMU YANG SO ALIM ITU!!" Risa bangkit dari meja seraya menggebrak meja tersebut dan berkata dengan suara yang cukup nyaring kepada Jiyeon.

          Hal tersebut pun tentu membuat Jiyeon brigidik kaget, bahkan ia hendak menangis. Namun, ia ingat perkataan bibi Hae Soo di pantai waktu itu, "Jiyeon tidak boleh menjadi gadis lemah ya? Jiyeon harus seperti bunda, sama sama kuat, tangguh, tidak mudah menangis. Jiyeon boleh menangis jika Jiyeon sudah berada di titik terendah. Dimana Jiyeon telah kehilangan seluruh orang yang Jiyeon sayang, dan tidak ada orang yang ingin menolong Jiyeon lagi. Jika Jiyeon masih bisa bertahan sendiri, untuk apa menangis? Itu tidak berguna."

          Jiyeon bangkit dari dudukannya dan berdiri diatas kursi, ia menatap lengan kecilnya yang meremas kedua dress tidurnya sendiri. Ia sungguh benci, benci kepada Risa dan Lia. Bahkan Jiyeon diam diam menyimpan rasa dendam kepada sang ayah. Jiyeon berfikir Jimin sengaja menjauhkannya dari Kaka agar ia tidak bisa hidup bahagia bersama orang orang terdekatnya.

            Jiyeon ingin menangis, benar benar ingin menangis. Kedua buah bola matanya pun bergetar dan memerah. Tapi, disisi lain ia berfikir ia harus menjadi seperti sosok ibunya. Kuat, tangguh, tidak mudah menangis, dan bisa bertahan hidup sendiri.

          Jiyeon menatap Jimin, Risa, dan Lia dengan kedua buah bola matanya yang memerah. Dengan tangan kecilnya yang bergetar, Ia pun mengambil garpu lalu ia gesek gesekan diatas permukaan piring membuat para orang yang melihat kejadian itu meringis menahan suara  yang berhasil mengganggu pendengaran mereka.

"Argh!! Sialan!! Anak sialan!! Hentikan itu bodoh!!" Risa berteriak, ia mencoba menghentikan pergerakan Jiyeon. Namun, Jiyeon terus melakukan hal tersebut.

"Eomma, telinga Lia sakit. Tolong!!" Lia menangis seraya menutup kedua telinganya.

        Jimin yang sama merasakan hal tersebut kini ia pun mulai mengangkat bicara, "Jiyeon jangan lakukan itu,"

YOUR GRUDGE YOUR FAULTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang