" Nala sayang,--"" -- bukan gitu maksud Mama." seru Anes ikut menuruni anak tangga mengejar langkah Nala yang berjalan cepat menuruni anak tangga.
Marie yang sebenarnya tidak tahu apa yang sedang terjadi itu pun menghadang Nala di anak tangga terakhir dan menahan lengannya saat adik iparnya itu hendak berjalan melaluinya.
Marie memandang Nala terkejut saat wajah istri adiknya itu telah bercucuran air mata.
" Hey, kenapa?" tanyanya panik membawa tubuh Nala untuk menghadapnya.
Nala mencoba melepaskan tangan Marie tapi Anes bergerak cepat ikut menahan lengannya.
" Sayang dengerin Mama dulu!" tegas Anes.
Marie memandang Anes yang terlihat tengah panik dan Nala yang menangis sesegukan itu bergantian dengan wajah bingung.
Apa yang sedang terjadi?
" Nala kamu jangan kaya anak kecil!" seru Anes kesal karena Nala kembali mencoba melepaskan tangannya hendak berlalu pergi.
" Eh eh denger! Denger Nala!" sentak Anes mulai tersulut emosi dan menunjuk wajah Nala tegas.
" Ma.." ucap Marie mencoba mengingatkan Anes agar tidak melewati batasnya.
" Mbak.." panggil Tea ikut menengahi saat tidak sengaja melewati ruang tengah dan mendapati Anes dan Nala yang tampak sedang bertikai itu.
Anes menghembuskan napasnya pelan berusaha mengendalikan jantungnya yang berdebar kencang.
Anes merasa darahnya berdesir hebat saat Nala langsung keluar kamar saat dia tadi tengah berbicara.
Anes tau dia sedikit keterlaluan yang mana mungkin membuat Nala tersinggung tapi sungguh, bukan itu maksud Anes sebenarnya.
Nala hanya terlalu cengeng dan kekanakkan menurut Anes.
Tidak semua hal harus ditangisi!
" Sini dulu, Mama kan lagi ngomong." ucap Anes mulai melembutkan suaranya dan menggiring Nala untuk duduk disofa.
Nala menutup wajahnya dengan kedua tangan dengan dada yang naik turun.
Sedangkan Marie yang duduk disampingnya itu setia mengusap-ngusap punggungnya lembut.
Anes mengambil sebelah tangan Nala dan mulai mengusap-ngusapnya pelan.
" Mama kan tadi lagi ngomong kenapa Nala malah pergi?" tanya Anes lembut.
Anes sadar tipe seperti Nala ini memang tidak seharusnya dikerasi.
Ada tata caranya jika ingin berbicara dengannya.
Marie menatap Anes memelas dan mengedikan dagunya kearah pintu saat melihat Mark masuk dari sana.
Mark mengernyitkan keningnya dengan wajah datar menatap Nala yang ternyata masih saja sesegukan namun enggan menatapnya.
" Belum selesai juga nangisnya?" tanya Mark mengeraskan rahangnya.
Ini sudah beberapa jam sejak Mark meninggalkan Nala yang tadi membuatnya kesal karena menolaknya tapi sampai sekarang hendak magrib istrinya itu belum berhenti menangis juga?
Apa sebenarnya yang Nala tangisi?
Setidak sudi itu Nala melayaninya?
Anes memijit pelipisnya pelan.
Dia mulai kasihan dengan Nala.
" Mark sayang,--"
" Kamu berdiri, masuk mobil sekarang!" perintah Mark dengan suara beratnya pada Nala dan memotong ucapan sang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ma Femme || Mark Lee ✅ [Tersedia di Google Play Store]
Mystery / Thriller[ Sequel Of You make me Crazy ] (Sangat disarankan untuk membaca You make me Crazy terlebih dahulu) " Apa dunia sudah gila?" tanya Mark frustasi. Nala menggeleng pelan, " Bukan dunia tapi kamu,-- -- kamu yang gila.." bisik Nala lirih. Semua orang...