FORTY - FIFTH [45]

936 92 41
                                    

Nala memutar kepalanya kebelakang, tepatnya kearah pintu kamar tempat Joger berdiri.

Nala menggigit ujung bibirnya.

Apa Joger sedikit saja tidak merasa kasihan dengan Nadine?

Nadine jelas sudah babak belur dimarahi oleh Mark selama satu jam ini. Dan sang adik hanya menatapnya dengan wajah datar.

Seolah mendukung Mark memarahi kakaknya itu dalam diam.

Nala beralih memandang Sadam yang berdiri sedikit jauh darinya itu dengan tatapan memelas.

Namun Sadam hanya memberinya gelengan pelan seakan mengatakan pada Nala untuk tidak ikut campur.

" Lo jangan bego! Satu-satunya tempat lo pulang itu ya keluarga! Gak usah mikir temen-temen lo itu bakalan ada saat lo kenapa-napa nanti!"

Nala menatap punggung Mark ngeri. Sedari tadi nada suara yang digunakan suaminya itu begitu penuh tekanan dan intimidasi.

Sangat menakutkan. Terlebih untuk orang-orang bermental lemah seperti Nala.

Telapak tangan Nala bahkan sudah dibasahi oleh keringat padahal bukan dia yang dimarahi.

" Kalau lo berani ngelakuin hal kaya gitu lagi. Lo liat aja! Itu cowok bakalan habis ditangan gue! Jangan main-main lo!"

" Abang gak tau apa-apa,--"

" Apa yang gue gak tau?! Elo tuh yang gak tau apa-apa! Mana masih berani ngejawab ucapan gue lagi lo!"

Nadine kembali menenggelamkan kepalanya pada bantal dan terisak semakin keras.

Dia merasa sangat kesal karena Mark pun juga tidak berada dipihaknya.

Nadine benci ibunya yang menelpon Mark tadi dan mengatakan hal-hal yang terlihat seolah-olah Nadine yang salah.

" Lo bener-bener mau itu cowok gue habisin, hah?!"

" Enggak bang,--" potong Nadine cepat mengangkat kepalanya.

Tatapannya begitu mengiba.

Nadine sangat mengenal Mark.

Walaupun abangnya itu samasekali tidak mengenal kekasihnya. Namun itu samasekali bukan hal yang sulit untuknya. Akan sangat mudah bagi Mark untuk menemukan kekasihnya itu bahkan malam ini juga.

Nadine ngeri membayangkan apa yang akan terjadi pada kekasihnya itu jika Mark benar-benar mencarinya.

Karena diantara abang-abangnya yang lain, Mark lah yang paling menakutkan. Anak bungsu tante Anes ini tidak pernah main-main dengan ucapannya.

Latief yang terlahir dengan wajah galak saja lewat kalau dibandingkan dengan Mark yang sudah marah.

Mark menutup matanya mencoba mengendalikan diri.

Dia benar-benar geram sekali dengan Nadine yang begitu bodoh!

Awalnya Mark tadi hanya akan membiarkan Nadine walaupun dia sudah mendengar penjelasan Joger.

Cekcok antara anak dan ibu itu hal biasa.

Mark tidak mau memperbesar masalah namun dia tetap akan menasehati Nadine untuk tidak kurang ajar pada ibunya lagi.

Sebagai yang lebih tua, Mark mencoba maklum dengan sikap Nadine itu karena pasa masa ini memang masa-masa pubertas untuk adiknya itu.

Namun tetap saja itu harus dikontrol. Karena kalau tidak, jangan sampai Nadine menyesali hal ini dikemudian hari dengan dirinya yang melewati batas dan hilang kendali.

Ma Femme || Mark Lee ✅ [Tersedia di Google Play Store]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang